Oleh: Agus Azzam Bukhari, S.Pd
Guru Spritual SMPN 3 Air Sugihan
Istri yang shalihah mempunyai sifat-sifat yang istimewa dan kriteria
yang yang sangat jelas. Diantara inti dari kriteria tadi adalah tiga
yang prinsipil, hal itu terkandung dalam hadits Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Sebaik-baik wanita adalah yang
membahagiakanmu tatkala kamu memandangnya dan mentaatimu tatkala kamu
memerintahkannya serta menjaga harga dirinya dan hartamu tatkala kamu
tidak ada”.
( Hadits shahih. Dikeluarkan oleh Al Hakim (2/161,
Ath-Thabrani seperti yang ada dalam Al Majma’ (4/237) dari hadits Ibnu
Salam. Dikeluarkan juga oleh Imam Ahmad (2/251) dan An-Nasai seperti
hadits tadi dari Abi Hurairah).
Bila kalian renungkan tiga sifat yang ada dalam hadits tadi maka
akan kalian dapati bahwa itu semua adalah sebaik-baik yang diidamkan
oleh tiap orang laki-laki dari orang perempuan.
Istri yang membahagiakan suami
Inilah sifat yang pertama kali yang disebutkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar supaya tiap-tiap perempuan yang
beriman dan bertakwa bisa menggapai kebahagiaan rumah tangga. Inilah sifat yang mengantarkan seorang perempuan muslimah kedalam
kehangatan cinta suaminya kepada dirinya serta kebahagiaannya dengannya
juga kebahagiaan seorang perempuan dengan suaminya. Sesungguhnya kesempurnaan fisik adalah sesuatu yang diidam-idamkan
oleh semua manusia yang berakal, baik lelaki maupun perempuan. Islam pun
datang untuk mewujudkan kesempurnaan akhlak, akal dan fisik.
Wahai muslimah, hendaknya engkau menggali apa saja yang bisa
menyempurnakan penampilanmu, memperindah keadaanmu di depan suamimu dan
lakukanlah itu semua dengan hal-hal yang telah Allah bolehkan dan
halalkan seperti pakai inai pada kuku atau memakai celak untuk mata
ataupun memakai emas serta yang lainnya. Istri yang shalihah adalah istri yang mampu menghadirkan kebahagiaan
di depan suaminya walau hanya dengan sekedar pandangan mata kepadanya.
Seorang lelaki bergelut dengan kejamnya kehidupan, badannya merasa
letih dan kadang jiwanya pun tertekan dengan banyaknya beban pekerjaan.
Dia menunggu untuk kembali –pada- hal menunggu lebih panas dari pada
bara- ke rumahnya untuk menghirup udara segar, kembali dan istirahat.
Bila dia masuk rumah dengan sangat letih lalu menjumpai istrinya dalam
keadaan tidak sedap di pandang. Kalau demikian berarti engkau telah
gagal pada awal tahapan suami istri.
Di sini ada suatu pertanyaan, kenapa itu suatu kegagalan?
Yang terjadi di sini, bahwa sang suami akan sangat tertekan dan dia
akan mencari-cari sebab untuk memarahimu, baik dengan perkataan atau
perbuatan. Namun tatkala sang suami pulang ke rumahnya mendapati sesuatu
yang menyenangkannya dan membahagiakannya serta menyegarkan dadanya,
maka dia dengan segera lupa tekanan jiwanya dan keletihan badannya.
Faktor yang paling kuat untuk mendorong cintanya seorang laki-laki
terhadap istrinya adalah bahagia dan senangnya tatkala memandang
kepadanya. memandang kekasih dalam keadaan yang sangat indah dan menawan
adalah faktor yang paling kuat untuk mengokohkan cintanya dalam hati.
Karena itulah, seorang muslimah hendaknya sangat hati-hati agar
jangan sampai pandangan suaminya tertuju kepada sesuatu yang tidak
disukainya, baik bau yang tidak sedap maupun pandangan yang tidak enak
atau yang lainnya, merujuk kepada riwayat Shalafush Shalih dalam hal
ini, Ibnu Abbas berkata: “Sesungguhnya saya berhias untuk istriku
sebagaimana dia juga berhias untukku, saya suka untuk menunaikan
kewajibanku yang harus kuberikan kepadanya dengan baik dan hal ini
secara otomatis menuntut dia untuk menunaikan kewajibannya kepadaku,
karena Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman
: “Dan wanita mempunyai hak
yang seimbang menurut cara yang ma’ruf”. (QS. Al Baqarah : 228).
Berdandan dengan sesuatu yang tidak mengandung dosa.
Para penulis sejarah dan biografi mengatakan: “Bahwa ada seorang
suami yang acak-acakan rambutnya dan berdebu badannya masuk ke Khalifah
Umar bin Al Khathtab Radhiallahu anhu bersama istrinya, istrinys
berkata: “Bukan saya dan bukan ini (ia tidak suka) juga bukan dia wahai
Amirul Mukminin”.Umar pun mengetahui dari ucapannya bahwa ia membenci suaminya, maka
beliau mengutus seseorang kepada suaminya agar supaya dia mau berdandan
dengan menyisir rambutnya, memotong kukunya dan memperindah kerapiannya.
Maka tatkala tiba baginya untuk menemui istrinya, maka sang istri
merasa asing darinya. Lalu ia kabur darinya, namun setelah ia mengenali
suaminya maka ia menerimanya dan menarik kembali tuduhannya.
Umar Radhiallahu anhu mengatakan: “Begitulah seharusnya kalian
bebuat untuk mereka. Demi Allah mereka suka kalian untuk berdandan untuk
mereka sebagaimana kalian suka mereka berdandan untuk kalian”.
Saudariku Muslimah…
Lihatlah bajumu sebelum datangnya suamimu, tanyakanlah kepada dirimu
sendiri pertanyaan berikut ini: Apakah suamiku akan bahagia melihatku
dalam keadaan seperti ini??!! Sudah pasti semua perempuan mengetahui
jawabannya.
Sesungguhnya seorang laki-laki diciptakan dengan fitrahnya untuk
mencintai sesuatu yang indah, kecuali orang yang merubah fitrahnya dan
selalu berjalan dibelakang setiap kejahatan dan kekejian.
Ketika seorang laki-laki masuk ke dalam rumahnya dan mendapati
istrinya dalam keadaan yang sangat menawan maka akan bertambahlah
kecintaan terhadap istrinya dan kecenderungannya kepada dia serta
memahami capainya istrinya karenanya.
Sebagian perempuan ada yang beralasan (tidak sempat berdandan)
dengan pekerjaan mereka di rumah, baik memasak atau mencuci maupun yang
lainnya. Katakan kepada mereka: “Hendaknya kalian menyelesaikan
pekerjaan itu sebelum datangnya suami walaupun yang demikian membutuhkan
kesungguhan dan rasa capai, karena hasilnya lebih besar dari capai tadi
dan sungguh tak ada padanannya.
Kemudian bila seorang laki-laki bila tidak mendapati di rumahnya
sesuatu yang menyenangkannya maka akan dengan segera disergap prasangka
dan bisikan dari setan, lalu akan terbersit dalam matanya perempuan lain
di jalan yang bisa menyenangkannya dan dalam matanya ia akan membenci
istrinya.
Saudariku Muslimah…
Upayakanlah senyumanmu senantiasa menghiasi bibirmu tiap kali
suamimu memandang kepadamu. Sesungguhnya senyuman itu tidak lebih lama
dari kedipan mata namun hal itu akan selalu menjadi kenangan yang terus
menghunjam dalam memori seorang lelaki. Juga senymanmu itu akan
menyebarkan kebahagiaan dalam rumah tangga, itu adalah suatu keindahan
tiada tara yang dilihat oleh seorang suami setelah seharian ia dalam
keadaan penat dan letihnya kerja.
Saudariku Muslimah…
Sesungguhnya mimik wajahmu yang mengembang di hadapan sang suami
pada hakikatnya lebih penting sekali daripada pakaian yang kamu kenakan
dan perhiasan yang kamu pakai. Sesungguhnya cerianya senyuman dan
kebahagiaan yang dilihat oleh seorang lelaki pada wajah istrinya saat ia
memandangnya itu lebih dalam pengaruhnya daripada lembutnya suara
lisan. Seorang lelaki lebih cepat menangkap apa yang diungkapkan
istrinya dengan senyuman tulus yang tidak dinodai dengan permintaan
apapun.
Sesungguhnya saya merasa bahagia dengan kedatanganmu.
Kau berikan kabahagiaan padaku dengan memandangmu.
Bahkan suatu perkara yang mesti diperhatikan bahwa senyuman itu
manfaatnya akan kembali kepadamu dengan membawa kebaikan kepadamu,
karena hal itu merupakan shadaqah yang kamu letakkan pada lembaran
hidupmu. Dengarkanlah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
ini, beliau bersabda: “ Senyumanmu terhadap saudaramu adalah shadaqah”.
(Hadits shahih diriwayatkan oleh Tirmidzi(2022). Bukhari (128 ) dalam
kitab adabul mufrad dari hadits Abi Dzar, dan pada bab ini juga ada
hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Jabir, Hudzaifah, dan Aisyah.
Wahai sudariku muslimah,
jadikanlah keceriaan senantiasa memenuhi
sisi kehidupanmu, kebahagiaan menyenangkan suamimu, kesuka-citaan selalu
menghiasi rumahmudan ketahuilah pula bahwa manusia yang paling berhak
mendapatkan ini semua adalah suamimu.
Sumber: dikutip dari buku “Inilah Kriteria Muslimah Dambaan Pria”:
Abu Maryam Majdi bin Fathi As-Sayyid, penerjemah: Abu dan Ummu Muqbil,
Penerbit: Pustaka Salafiyah