IRMAS SELALU DI HATI

Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (al-Qalam: 4)

Jumat, 19 Oktober 2012

Khotbah idul Fitri Suara Fitrah Manusia

بسم الله الرحمن الرحيم

Oleh: IRMAS AIR SUGIHAN

الله أكبر –9
اللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرَا  وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرَا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً  وَاَصِيْلاً . لَااِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهْ . صَدَقَ وَعْدَهْ .  وَنَصَرَ عَبْدَهْ . وَأَعَزَجُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهْ . لَااِلَهَ إِلَّا اللهُ  وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ  وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ .  اَلْحَمْدُ لله , اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى نَوَّرَ قُلُوْبَ الْعَارِفِيْنَ , بِمُدَاوَمَةِ الذِّكْرِ فِى كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْن
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ المَلِكُ الْحَقُّ المُبِيْنْ , وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْن
 اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ , نُقْطَةِ الشُّرَفَاءِ الأَنْبِيَاءِ وَ المُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الأَئِمَةِ فِى دِيْنِ الحَقِّ وَسَائِرِ المُهْتَدِيْنَ مِنَ الأُمَمِ الاَوَّلِيْنَ وَالأَخِرِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ  : فَيَا إِخْوَانِ الكِرَامْ  , عَلَيْكُمْ بِتَقْوَى اللهَ رَبَّ العَلَمِيْنَ وَاُزْلِفَةُ الجَنَّةِ لِلْمُتَّقِيْنَ . اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى  فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيْم , اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd.
Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
 Alhamdulillah. Puji syukur sedalam-dalamnya, dengan penuh rasa haru kita haturkan kepada Rabbul ‘Izzah, Allah SWT., yang telah memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita semua, yang memanjangkan usia kita dengan berkah dan salamah sehingga pada pagi ini kita dapat bersimpuh di hadapan-Nya, di masjid tercinta ini untuk melahirkan rasa syukur atas segala karunia dan anugerah.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada baginda agung Habiibina Muhammad SAW., keluarganya, sahabat-sahabatnya dan seluruh penerus risalahnya hingga akhir zaman. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada mereka dan kepada kaum Muslimina wal Muslimat, wal Mu’minina wal Mu’minat al-ahya’i minhum wal amwat, fi jami’il jihat, terutama kepada kita yang hadir di masjid ini beserta keluarganya, semoga kelak di hari qiyamat kita dikumpulkan bersama-sama mereka, minan Nabiyyiina, wash-Shiddiiqiina, wasy-Suhadaa’i, wash-Sholihin, di bawah panji-panji La-ilaha illalla-h, Muhammadurrasululla-h Shallalla-hu Alaihi wa Alihi Wa Sallam.
 Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd.
Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Sejak tadi malam hingga saat ini, di setiap tanggal 1 Syawal kaum Muslimin seluruh dunia mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, mengungkapkan rasa dan persaksian, bahwa Dialah Rabb yang Maha Agung, sekaligus menyadarkan kepada setiap hati yang beriman, betapa lemahnya manusia dihadapanNya dan betapa kuasa dan perkasanya Dia Yang Maha Agung itu dihadapan seluruh makhluk-Nya. Harta, jabatan, kemuliaan yang disandang oleh siapapun di dunia, tiadalah berarti sama sekali bila disandingkan dengan keagungan Allah SWT., Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd.
Suasana syahdu menyadarkan kita kepada hakikat penciptaan dan pemeliharaan: bahwa Dia adalah pencipta diri ini, dari mulai keberadaannya hingga keadaannya. Siang dan malam digerakkan dan didiamkan olehNya. Alam semesta berada dalam kendaliNya. Jikalau kesadaran seperti ini terpelihara dalam hati kita,  niscaya tidak ada diantara kita menjadi orang sombong, iri, dengki dan hasud kepada sesama manusia, bebal, malas, bodoh, tidak taat dan tidak tahu malu dihadapan Rabbnya.
Inilah perasaan hati, suara fitrah manusia, kalimat suci, walaupun – karena kesibukan, dosa-dosa dan nafsu rendah kita-, kalimat suci tersebut sering terabaikan, sehingga suaranya begitu lemah, hanya sayup-sayup seperti terdengar dari kejahuan. Suara suci itulah yang saat ini sontak menggetarkan hati, terlebih saat dikumandangkan takbir Idul Fitri, Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar. Allahu Akbar walillahil hamd.
Kalimat suci tersebut jika benar-benar tertancap dalam jiwa kita maka hilanglah segala ketergantungan hati kita kepada unsur-unsur lain selain Allah, tiada tempat menitipkan harapan dan tiada tempat mengabdi kecuali hanya kepada Allah SWT semata.
Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd.
Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Tentunya masih membekas kuat dalam jiwa kita, hasil dari apa yang telah dimudahkan Allah Ta’ala untuk kita amalkan bersama, sejak  bulan Rajab, bulan Sya’ban dan kemudian masuk bulan Ramadhan, dimana Allah telah membentangkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita mampu melaksanakan azam kita, acara rutin yang kita niati dilaksanakan pada setiap tahun di pondok pesantren yang kita cintai ini, berkat izin-Nya, Alhamdulillah tahun ini bisa kita laksanakan dengan sempurna.
Selama tiga bulan lebih kita mencelupkan jasmani dan ruhani di dalam godokan “kawa candradimuka”, melaksanakan mujahadah dan riyadloh di jalan-Nya semata-mata berharap ridho-Nya, berharap mendapatkan peningkatan kuwalitas hidup lahir batin untuk bekal perjalanan panjang, menggapai cita-cita dan harapan, melaksanakan kuwajiban kemanusiaan, sebagai suami kepada istrinya, sebagai istri kepada suaminya, sebagai orang tua kepada anak-anaknya, sebagai anak kepada orang tuanya dan juga sebagai warga masyarakat kepada lingkungannya, berjalan panjang menghadapi tantangan dan rintangan hidup yang datangnya seakan tidak berkesudahan, dengan bekal tersebut supaya iman kita tidak mudah tergoyahkan oleh rayuan zaman.
Sekarang, di pagi yang suci ini, ibarat orang menanam, tentunya kita harus dapat menikmati buah yang dipetik saat masa panen tiba, mendapatkan kepekaan hati dan rasa, peningkatan kasih sayang kepada sesama, kemampuan berbagi dan memaafkan kesalahan manusia, terutama kecemerlangan matahati karena hijab yang selama ini mendinding rongga dada telah dirontokkan, sehingga kita mampu merasakan kenikmatan bermunajat, menjadikan hati lebih khusu dalam berdoa, seakan tanpa penghalang dengan-Nya, maka seakan tanpa sebab air mata berlinang deras ketika hati tersentuh gema suara takbir yang membahana.
Namun demikian, kita tetap harus waspada, karena ada tantangan yang menghadang di depan. Setelah Ramadhan berlalu, ketika kesibukan pikiran dan hati telah kembali seperti semula, seperti sebelum kita masuk bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan yang penuh berkah, bisakah hal-hal positif tersebut kita pertahankan? Bahkan kalau bisa kita tingkatkan? Ataukah malah sebaliknya, kita akan terpuruk dan kembali seperti pada fase-fase sebelum Ramadhan?
Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd.
Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Untuk menghadapai tantangan zaman tersebut, supaya iman tidak mudah memudar tergerus romantikan zaman, ada hal yang pantas kita renungkan, siapakah sosok dibalik ajaran mulia tersebut?. Ajaran yang telah kita ikuti selama ini, thoriqoh yang telah kita yakini, jika ajaran tersebut dilaksanakan oleh seorang muslim niscaya akan menjadikannya insan mulia, menjadi manusia yang dicintai tidak hanya oleh makhluk bumi saja namun juga penghuni langit yang dimuliakan. Sosok tersebut adalah Rasulllah Salallahu alaihi wa alihi wa sallam, yang ajarannya kemudian dilanjutkan oleh Ulama pewaris Nabi, guru-guru kita terutama guru Mursyid kita yang telah tiada henti membimbing ibadah kita. Berkat usaha mulia mereka itulah kita hari ini berkumpul dalam satu gerbong perjalanan dalam lindungan agama yang haq, benteng yang kokoh, yakni dienul Islam. Seorang Nabi dan para pengikutnya yang mengajarkan kalimah La- ilaha illalla-h Muhammadurrasululla-h. Kalimat yang dengannya kita dapat membuka pintu Surga.
Ini juga merupakan ungkapan suci yang harus selalu terpatri dalam jiwa kita, sebagai rasa syukur kepada mereka, atas jerih payah yang telah mereka usahakan selama hidupnya, dengan rasa syukur ini tentunya kita akan mendapatkan tambahan kemanfaatan, diantaranya supaya iman dan yakin yang sudah ada selalu terjaga sampai akhir zaman, karena tanpa bersyukur kepada manusia berarti kita tidak mersyukur kapada Allah SWT.
 Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd.
Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Kalau kita amati kehidupan disekeliling kita, keadaan Bangsa dan Negara kita tercinta, dari fenomena yang muncul akhir-akhir ini, baik yang kita lihat dengan kasat mata maupun yang ditayangkan setiap hari oleh media penyiaran yang ada, betapa kehidupan bangsa ini seakan sudah berada diambang kehancuran, seperti bahtera yang sudah oleng tinggal menunggu tenggelam, karena dihempas gelombang kehidupan, akibat kerusakan di muka bumi olah tangan manusia sudah tampak terang benderang. Korupsi, manipulasi dan penyalahgunaan jabatan seakan menjadi tradisi dan bukan hal yang memalukan, dilakukan oleh para pelakukanya sepanjang hari tanpa peduli dilihat orang, bahkan tidak segan-segan mengorbankan teman seperjuangan demi keselamatan diri dan golongan.
Peristiwa kemanusian dan kasus-kasus hukum yang belum terselesaikan, masih segar dalam ingatan semua orang, seperti kasus dugaan korupsi Hambalang, mega skandal bank century dan lain-lain, perseteruan antara KPK dan Kepolisian yang sedang berebut kepentingan, perampasan hak atas tanah rakyat yang berakibat bentrok horizontal dimana-mama, pemaksaan kehendak atas pemenangan kandidat calon penguasa dengan menghalalkan segala cara, hingga isu sara dilakukan, semua itu seakan mencerminkan bahwa masing-masing orang yang punya kepentingan di Negri ini sudah kehilangan akal waras dan meninggalkan suara hati, mereka hanya mengumbar hawa nafsu dan angkara murka sehingga sulit dibedakan mana yang Kiai dan mana yang politikus, mana yang pendakwah dan mana yang penghasut.
Padahal, meski sebagian dari orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi itu sudah ada yang merasakan akibatnya, terpaksa berpisah dengan keluarga tercinta karena harus mempertanggungjawabkan perbuatan yang dilakukan, namun demikian, mereka itu seakan tidak bergeming, bahkan tetap congkak dan sombong, seakan sudah buta, tuli, dan bisu, barangkali karena hati terlanjur membatu hingga sedikitpun tidak mampu mengambil pelajaran dari kejadian yang terjadi. Apakah keadaan ini memang merupakan tanda-tanda yang nyata, bahwa kehancuran suatu Bangsa akan terjadi di muka bumi ini, sebagaimana yang sudah diperingatkan Allah dalam firma-Nya:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”.(QS.Al-Isra’/16)
Kalau memang demikian keadaannya apa yang harus kita lakukan….?, Apakah kita hanya tinggal diam saja sambil menunggu kehancuran datang ?? Padahal kalaupun kita mau berbuat perubahan, sesungguhnya sedikitpun kita tidak mempunyai kekuatan dan kemampuan?
Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Alla-hu Akbar. Wa lilla-hil Hamd.
Ma’asyiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.
Marilah kita merenungkan firman Allah berikut ini, barangkali didalamnya kita mendapatkan solusi untuk menghadapi keadaan yang sangat menakutkan itu, keadaan yang menjadikan bulu kuduk kita merinding, keadaan yang pasti tidak dimaui oleh semua orang yang hatinya sehat dan akalnya waras, minimal untuk melindungi diri sendiri dan keluarga tercinta, apabila memang masa kehancuran itu harus datang, bangsa kita luluh lantak terkubur dari kehidupan panjang, akibat perbuatan para pengelolanya yang membangkang, semoga kita dan keluarga termasuk kaum yang terselamatkan, ummat yang mendapatkan hidayah dan perlindungan, karena selama hari kiamat belum saatnya datang Allah tidak akan menghancurkan kehidupan manusia secara total. Allah berfirman:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.(QS.Al-Hadid/16)
Kita tidak boleh seperti yang pernah dilakukan orang-orang terdahulu, mereka dekat dengan kitab suci tapi tidak mau tunduk dengan isinya dan dekat dengan Allah tapi tidak mau berdzikir kepada-Nya sehingga hatinya menjadi keras, maka mereka jadi orang fasik, yakni orang yang berlebih-lebihan dalam memperturutkan hawa nafsu sehingga menghalalkan segala cara asal maunya tercapai dan akhirnya kehidupan mereka hancur akibat dosa-dosa dan kejahatan yang dilakukan.
Mempertahankan dan meningkatkan apa yang sudah kita dapatkan selama kita melaksanakan safari panjang di bulan-bulan yang mulia tersebut, menjaga kepekaan hati dan ketajaman rasa dengan melaksanakan dzikir kepada Allah setiap saat, ternyata merupakan benteng yang kokoh untuk tempat kita berlindung dari segala ancaman kehidupan. Semoga kita termasuk orang yang beruntung, orang yang mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian, sehingga menjadi orang yang selalu mendapat hidayah dan pertolongan dari-Nya, sejak di dunia, di alam barzah dan hari akhirat, dikumpulkan bersama-sama para guru kita dalam keadaan husnul khotimah dan ridho Allah di surga, amiin Allhumma Amiin.
جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ العَاءِدِيْنَ الفَاءِزِيْنَ السَّالِكِيْنَ الغَانِمِيْنَ , وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ . اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى * فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَالرْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

BERKAH QURBAN


Di Susun: Rayhan Imam Irfa'i dan Gus Achmad Chusaini, S.Th.I
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ



Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah

Alhamdulillah, segala puja dan puji bagi Allah Swt, Pencipta dan pemelihara alam semesta, yang tiada henti melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada seluruh hamba-Nya, umat manusia di seluruh belahan bumi ini, terlebih kepada kita pribadi saat ini. Di saat yang sangat berbahagia ini, dimana kita tertakdir dapat bersimpuh dihadapan-Nya. Mendapatkan kesempatan untuk menghadapkan segala kerendahan diri dan kehinaan di hadapan Dzat Yang Maha Mulia dan Perkasa, menghaturkan segala hajad dan kebutuhan hidup di hadapan Tuhan yang Maha Kuasa, curhat atas kelemahan diri dan dosa-dosa di hadapan Allah yang Maha Pengampun, di masjid yang mulia ini bersama-sama melaksanakan sholat Idul Adha. Untuk memperingati kejadian besar dalam sejarah kemanusiaan yang tiada tandingnya. Pengorbanan hidup yang dilakukan oleh manusia-manusia pilihan, Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Habiibina Baginda Nabi Muhammad SAW, yang dengan perjuangan dan pengorbanannya pula telah berhasil menancapkan sendi-sendi iman dan tauhid di dada umatnya, juga kepada keluarga dan sahabatnya serta pengikut-pengikutnya sampai hari kiamat yang telah melanjutkan tongkat estafet perjuangan, sambung menyambung sehingga hasilnya bisa kita nikmati sampai saat ini.
Pengorbanan besar yang telah tercatat dalam sejarah kemanusiaan yang telah dilakukan oleh manusia-manusia pilihan tersebut, seakan telah menjadi pondasi bangunan yang kokoh kuat ketika Allah berkehendak menghidupkan dan membangun kota Mekkah Al-Mukarromah. Tanah yang asalnya mati dan gersang menjadi kota yang makmur penuh berkah. Tanah dimana Baitullah akan dibangun di muka bumi ini. Pengorbanan besar itu hari ini kita peringati, bersama-sama kaum mu’minin dan muslimin di seluruh dunia, diperingati tidak sekedar untuk mengenang saja, namun juga harus mampu kita jadikan pelajaran dan tauladan untuk menyemangati hidup kita, agar kita mendapat kekuatan batin dan jiwa untuk menempuh jalan kehidupan dengan segala tantangan dan romantika yang ada di dalamnya.

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah

        Idul Adha identik dengan Idul Qurban, tapi qurban yang dimaksudkan khotib dalam khutbah kali ini bukan sekedar menyembelih hewan qurban kemudian dagingnya dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerima. Qurban yang dimaksudkan adalah melaksanakan pengurbanan hakiki, yakni mengurbankan sebagian yang kita miliki dan cintai, baik harta benda maupun penghormatan untuk dibagikan kepada orang yang lebih membutuhkan, hal itu dilakukan semata-mata untuk melaksanakan “ta’abbudan lillah”, semata-mata mengabdi kepada Allah dalam rangka memperingati dan mengenang pengurbanan besar yang dilakukan Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya. Pengurbanan mana yang tidak hanya bisa dijadikan pelajaran dalam hidup saja, namun juga mampu meningkatkan taraf kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Pengurbanan yang mampu mengangkat hasrat kemanusian, meningkatkan kapasitas hidup dan kemampuan pribadi, menjadi orang mulia baik dihadapan manusia maupun dihadapan Rabbul Izzah, demikian itu yang pernah dilakukan dan didapatkan Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya.

              Peristiwa pengurbanan besar tersebut dimulai ketika Nabiyullah Ibrahim as dengan tulus ihlas dan ridho melaksanakan perintah Allah yang tidak logis, yakni menempatkan sebagian anggota keluarga tercinta di tanah Mekkah Al-Mukarromah yang saat itu belum berpenghuni, tanah tandus tidak berkehidupan, tidak ada air tidak ada makanan, supaya nantinya di tanah itu manusia mendirikan sholat dan beribadah kepada Allah SWT. Siti Hajar dan Isma’il, salah satu Istri dari dua istri tercinta dan satu-satunya putra yang masih dalam susuan, mereka berdua harus ditinggalkan begitu saja oleh Nabiyullah Ibrahim as di tanah yang terpencil dan terasing tersebut, berdua harus mempertahankan hidup dalam sendirian dengan bekal hidup yang pas-pasan.
Peristiwa tersebut diabadikan Allah SWT dengan firman-Nya dalam bentuk kalimat doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim AS di dalam kitab suci al-Qur’an al-Karim:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tumbuhan di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(QS.Ibrahim/37)

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Pengorbanan yang dimaksud secara kongkrit tergambar dalam bentuk keihlasan dalam memperjuangkan hidup dan menjalani penderitaan yang amat sangat dalam rangka mempertahankan kehidupan yang dilakukan oleh seorang ibu bersama anaknya yang masih dalam susuhan, berdua dalam kesendirian ditengah luasnya padang pasir yang tidak berpenghuni. Meskipun Siti Hajar yakin Allah tidak akan menelantarkan hidupnya, namun melaksanakan keyakinan tersebut ternyata tidak segampang seperti ketika diucapkan. Sebagaimana ketika dia berkata kepada suaminya disaat detik-detik suaminya akan meninggalkan dirinya berdua : “Wahai suamiku, apakah engkau diperintah Allah dalam hal ini?”. Dalam pertanyaan yang ketiga kalinya baru Nabi Ibrahim as menjawab meski tanpa menoleh, karena takut hatinya terpengaruh sehingga berakibat buruk, berubah pendirian dan tidak mampu melaksanakan perintah tidak logis itu: “Benar wahai Istriku, aku diperintah Allah untuk melakukan ini”. Siti Hajar kemudian berkata: “Wahai suamiku, jika ini memang perintah Allah, maka lakukan saja, aku yakin Allah tidak akan menelantarkan kami berdua disini”.
Melaksanakan keyakinan hati ternyata tidak semudah seperti saat mengucapkannya di bibir. Siti Hajar berdua ternyata harus menghadapi penderitaan yang amat sangat, sampai-sampai nyawanya berdua hampir direnggut kematian. Ketika bekal makanan yang ditinggalkan suaminya sudah habis, padahal air tidak mungkin bisa didapat ditempat yang kering itu, sedangkan anak yang digendongan menangis tiada henti minta disusui, padahal air susu sudah tidak keluar lagi karena perut sudah lama tidak terisi, maka sang Ibu mencoba mencari pertolongan. Dengan sisa tenaga yang ada Siti Hajar berlari-lari kecil antara dua bukit yang ada di sekitar tempat itu, bukit Shofa dan Marwa. Dari atas dua bukit tersebut dia melihat kesana-kemari, berharap dapat menemukan manusia yang bisa memberikan pertolongan kepadanya, namun sampai 7X pulang pergi, hasilnya tetap nihil juga, Sang Ibu yang sedang kelelahan dan lemas karena kelaparan itu tidak juga menjumpai seorangpun yang bisa memberikan pertolonggan kepadanya. Peristiwa ini diabadikan Allah dengan firman-Nya:

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Sesungguhnya Shafaa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa`i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.(QS.al-Baqoroh/158)
Pengurbanan berikutnya merupakan pengurbanan yang lebih dahsyat lagi, bahkan sama sekali tidak masuk di akal sehat. Betapa tidak, seorang ayah atas isyarat mimpi harus menyembelih satu-satunya putra tercinta. Perintah Allah tersebut berawal dari bisikan yang mengusik tidur Abal Anbiya’ Ibrahim As. Allah memberikan wahyu lewat Ru’yah Shodiqoh kepada nabi-Nya agar menyembelih putra semata wayangnya yang bernama Ismail. Ketika Ibrahim terjaga dari tidurnya, ia mengira apa yang mengganggu tidurnya hanyalah bisikan setan sebab sangat tidak mungkin Allah Swt yang Maha penyayang dan pengasih memerintahkannya untuk menyembelih putra yang telah lama dinanti-nantikannya tersebut. Namun demikian Nabi Ibrahim As, mencoba merespon perintah Allah tersebut dengan akalnya, namun kemudian dia menampik perintah tersebut lantaran tidak bisa diterima logika. Akan tetapi ketika Allah kembali mengusiknya dengan mimpi yang sama sampai tiga kali. Nabi Ibrahim Khalilullah ini mencampakkan akalnya dan menerima perintah Allah tersebut dengan hati dan imannya secara Taabbudan Lillah, yakni sebagai wujud ketundukan dan kepatuhan kepada Allah Swt.
Peristiwa tersebut diabadikan Allah Ta’ala dalam firman-Nya dalam bentuk dialog antara ayah dan anak:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

          Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.(QS.Ash-Shofat/102)

Subhanallah !! Dihadapan kematian dengan pedang di tangan ayahnya sendiri seorang anak dengan tulus berkata : “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Dihadapan anak tercinta yang sedang berbaring lemas dipangkuannya dan menyiapkan lehernya untuk digorok oleh tangannya sendiri, seorang bapak mampu melakukan hal itu semata-mata karena melaksanakan perintah Allah yang hanya diterima melalui mimpi. Ya Allah !!! siapakah yang sanggup melakuan pekerjaan yang tidak logis itu selain para kekasih-Mu, selain orang-orang yang matahatinya cemerlang karena telah diterangi nur ma’rifat kepada-Mu sehingga mampu menerima perintah dengan cara tidak logis dan sekaligus melaksanakannya meski harus melakukan pekerjaan yang tidak logis pula, maka pantas mereka berdua kemudian mendapatkan penghormatan abadi dan ridho-Mu, bahkan menjadi lambang pengorbanan dan perjuangan hidup sepanjang zaman.
             Sehingga dikala dengan sabar dan penuh keikhlasan Nabi Ibrahim As menjalankan perintah Allah tersebut, Allah bangga kepadanya. Sedetik sebelum mata pedang yang sudah diasah tajam itu menyentuh leher anak yang sudah terpejam matanya, dengan kuasa-Nya Allah Swt mengganti tubuh anak tersebut dengan seekor kambing kibas dari surga. Sebuah indikasi dan pelajaran yang amat berharga bahwa apabila orang bisa bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah dan ridho serta ikhlas dalam menjalaninya, meski nyawa taruhannya, maka bukan saja akan mendapat pahala, namun juga Allah akan memberikan ganti yang lebih baik dan sempurna. Bahkan tidak hanya itu saja, pengurbanan besar yang dilakukan dua manusia mulia tersebut ternyata tidak sia sia, tidak hilang begitu saja ditelan zaman, namun terbukti telah menjadi pondasi yang kokoh kuat atas bangunan kota Mekkah al-Mukarromah dan keberkahan Allah yang dicurahkan di atasnya sampai saat sekarang.
Disamping hal penting tersebut, Ibadah qurban juga mengandung pesan kepada kita agar memiliki jiwa sosial dan peka terhadap penderitaan sesama serta pembangunan mental spiritual yang tangguh. Ungkapan rasa syukur atas segala anugerah yang diwujudkan dengan menasarufkan sebagian harta yang kita miliki dengan membeli dan menyembelih hewan qurban serta pendistribusian dagingnya kepada kalangan fuqoro wal masaakin agar di hari raya ini mereka dapat menikmati kegembiraan yang sama, disamping merupakan simbol agar kita mau berbagi kepada sesama serta ikut meringankan beban hidup orang lain yang bisa membangun kekuatan persaudaraan antara sesama umat, juga menguatkan jiwa kita secara pripadi dalam menghadapi tantangan dan kompetisi hidup yang rasanya seakan tidak berkesudahan, terlebih apabila hal yang sangat positif tersebut tidak hanya bisa dilakukan pada hari-hari tertentu saja, seperti hari Idul Adha sekarang ini, tetapi juga setiap saat dan kesempatan yang ada, saat kita diberi kemampuan dan kelebihan oleh Allah Swt.

Allahu Akbar, 3X Allahu Akbar walillahil hamd.
Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah

Ujian hidup yang dicanangkan dalam peristiwa sejarah tersebut dinyatakan Allah dalam firman-Nya: “Sesungguhnya ini benar-benar merupakan suatu ujian yang nyata”.(QS.ash Shafaat/108). Maksudnya, keberhasilan hidup yang didambakan oleh setiap jiwa yang merdeka, kebahagiaan yang diharapkan oleh setiap manusia yang hatinya sehat, ternyata tidak datang dengan sendirinya turun dari langit, melainkan harus ditempuh dan diperjuangkan melalui porses ujian yang tidak ringan, demikianlah pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa sejarah kemanusian ini, dan itu merupakan sunnatullah yang tidak ada berubahan untuk selamanya, baik berlaku bagi orang-orang terdahulu maupun kemudian, bahkan berlaku bagi kita semua. Ujian hidup tersebut juga dinyatakan Allah dengan firman-Nya:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqoroh/155-157)

Ma’aasyiral Muslimiin Rahimakumullah
Secara kongkrit pengorbanan yang pertama adalah berupa pengorbanan seorang Istri yang setia dan tabah untuk mentaati kehendak Suaminya yang diyakini sedang dalam rangka melaksanakan perintah Tuhannya, ternyata mampu menurunkan keberkahan Allah yang abadi di muka bumi ini. Memancarkan sumber air ditempat yang semestinya tidak mungkin ada mata air. Mendatangkan kehidupan bagi manusia banyak ditempat yang asalnya sepi dan terpencil. Menurunkan mu’jizat Allah yang sangat terang benderang dalam sejarah zaman. Adapun pengorbanan kedua adalah bentuk ketaatan seorang hamba Allah kepada Tuhannya, melaksanakan perintahNya meski perintah itu tidak nalar, ternyata hasilnya mampu membuka sumber keberkahan di muka bumi yang asalnya tandus kering menjadi tanah penuh berkah dan kaya raya.
Peristiwa tersebut telah dicatat dalam sejarah kemanusiaan dan bahkan harus diperingati oleh setiap pribadi Muslim pada setiap tahunnya. Kita semua diwajibkan melaksanakan Ibadah Haji bagi yang mampu yang salah satu tujuannya untuk memperingati peristiwa sejarah tersebut, itu terbukti dengan manasik haji yang dilakukan dalam ritual haji oleh jamaah yang sedang melaksanakan ibadah haji di Makkah Al-Mukarromah. Lalu sekarang kita boleh pertanya kepada diri sendiri, pengorbanan apa yang sudah kita lakukan selama ini untuk kejayaan kita sendiri, untuk mencapai peningkatan tarap hidup yang kita tuntut dan dambahkan selama ini, untuk keberhasilan hidup kita sendiri bukan keberhasilan hidup orang lain. Apakah kita hanya boleh menuntut saja tanpa berbuat apa-apa sementara orang lain harus berkorban dan bahkan dikorbankan …?? Kita selalu berharap hidup enak tapi enggan melaksanakan perjuangan.., Apa mungkin hal demikian bisa dicapai ..?? Padahal fenomena sejarah telah berbicara dengan terang benderang..!!

Inilah hikmah terbesar dari peringatan hari besar IDUL QURBAN yang sedang kita peringati hari ini, bukan hanya untuk memperingati peristiwa sejarah kemanusia itu saja, namun juga untuk membangkitkan semangat dan kesadaran dalam jiwa kita, dimana setiap pribadi Muslim harus siap berkorban untuk kebahagiannya sendiri. Setiap kita harus siap menyongsong keberhasilan dan peningkatan hidup dengan perjuangan dan pengorbanan. Dimulai dari diri sendiri untuk tidak berpangkutangan saja dan bermalas-malasan dan ketika berakibat hidupnya tidak juga meningkat kemudian mengkambinghitamkan nasib dan takdir. Padahal nasib dan takdir itu harus dimulai dari diri sendiri, “siapa beramal sholeh maka itu untuk dirinya sendiri”. Maksudnya, barangsiapa menanam kebaikan maka akan menuai kebajikan dan barangsiapa menanam kemalasan akan menuai kehancuran, itu berlaku untuk diri sendiri bukan untuk orang lain. Itulah sunnahtullah yang tidak ada perubahan untuk selama-lamanya. Yang dimaksud menanam itu adalah melaksanakan perjuangan dan pengorbanan terlebih dahulu setelah itu baru orang boleh bersenang-senang. “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian”.
قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون :   وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وأياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم . وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم  . وقل رب اغفر وارحم وأنت حير الراحمين


Rabu, 17 Oktober 2012

Muhammad Al-Fatih

OLEH: Imam Muchani, M.H.I
 
Sabda Rasulullah S.A.W. ketika menggali Parit Khandaq; “..Constantinople (kini Istanbul) akan jatuh ke tangan tentera Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja, tenteranya adalah sebaik-baik tentera……”  (Hadis riwayat Imam Ahmad)
Umat Islam berlumba-lumba membebaskan Constantinople untuk mendapatkan penghormatan yang dijanjikan oleh Allah swt di dalam Hadis tersebut. Walau bagaimanapun, kesemua kempen yang dilancarkan menemui kegagalan. Di antaranya, 5 kempen di zaman Kerajaan Umayyah, 1 kempen di zaman Kerajaan Abbasiyah dan 2 kempen di zaman Kerajaan Uthmaniyah.
Di dalam salah sebuah kempen semasa zaman Kerajaan Umayyah, seorang sahabat besar Nabi saw iaitu Abu Ayyub Al Ansary R.A. telah syahid dan dimakamkan di bawah dinding kubu Kota Constantinople di atas wasiatnya sendiri. Apabila ditanya kenapa beliau ingin dimakamkan di situ maka beliau menjawab, “Kerana aku ingin mendengar derapan tapak kaki kuda sebaik-baik raja yang akan mengetuai sebaik-baik tentera semasa mereka membebaskan Constantinople”. Begitulah teguhnya iman seorang sahabat besar Nabi saw.
Hadis Nabi saw ini direalisasikan hampir 800 tahun kemudiannya oleh Sultan Muhammad Al Fatih, khalifah ke-7 Kerajaan Uthmaniyyah dan 150,000 orang tenteranya.
Siapakah Sultan Muhammad Al Fatih? Apakah kehebatan Baginda dan tentera-tenteranya sehingga disebut “sebaik-baik raja” dan “sebaik-baik tentera” di dalam hadis tersebut.
PENGENALAN

Baginda dilahirkan pada 26 Rejab 835 Hijriah (29 Mac 1432 ) di Adrianapolis (sempadan Turki – Bulgaria). Walau bagaimanapun, sejarah hidup Baginda sebenarnya telah bermula hampir 800 tahun sebelum kelahirannya kerana telah disebut sebagai “sebaik-baik raja” di dalam Hadis tadi. Baginda juga dikenali dengan gelaran Muhammad Al Fatih kerana kejayaannya membebaskan Constantinople.
Baginda menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (855 – 886H / 451 – 1481M). Baginda merupakan seorang negarawan ulung dan panglima tentera agung yang memimpin sendiri 25 kempen peperangan. Baginda mangkat pada hari Khamis, 4 Rabiul Awal 886 bersamaan dengan 3 Mei 1481 kerana sakit gout. Ada ahli sejarah berpendapat Baginda diracun.  
PENDIDIKAN
Baginda menerima pendidikan yang menyeluruh dan bersepadu. Di dalam bidang keagamaan, gurunya adalah Syeikh Shamsuddin Al Wali dikatakan dari keturunan Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq R.A. Di dalam ilmu peperangan pula, Baginda diajar tentang tektik peperangan, memanah dan menunggang kuda oleh panglima-panglima tentera.
 
Di dalam bidang akademik pula, baginda adalah seorang cendekiawan ulung di zamannya yang fasih bertutur dalam 7 bahasa iaitu Bahasa Arab, Latin, Greek,  Serbia, Turki, Parsi dan Hebrew. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketenteraan, sains, matematik. Di dalam bidang Ilmu politik pula, ayahandanya, Sultan Murad II, ketika memencilkan diri di Pulau Magnesia, telah melantik Baginda yang baru berusia 12 tahun memangku jawatan Khalifah. Ia bertujuan untuk mendidik bagina dalam usia yang sebitu muda. Walaupun begitu baginda telah  matang menangani tipu helah musuh.
KEPERIBADIAN
Muhammad al-Fatih merupakan seorang sultan yang mementingkan kekuatan dalaman dan luaran para tenteranya. Baginda seorang pemimpin yang hebat, warak dan tawaduk selepas Sultan Salahuddin Al-Ayubbi (pahlawan Islam dalam Perang Salib) dan Sultan Saifuddin Muzaffar Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di Ain Jalut menentang tentera Mongol). Malah sifat-sifat baginda dan tenteranya telah diisyaratkan oleh Rasulullah S.A.W dalam hadis.
Baginda sentiasa bersifat tawaduk dan rendah diri. Semasa membina Benteng Rumeli Hissari, Baginda membuka baju dan serbannya, mengangkat batu dan pasir hingga ulamak-ulamak dan menteri-menteri terpaksa ikut sama bekerja
Baginda seorang yang sentiasa tenang, pendiam, berani, sabar, tegas dan kuat menyimpan rahsia pemerintahan. Baginda sangat cintakan ulamak dan selalu berbincang dengan mereka tentang permasalahan negara.
PERSIAPAN AWAL MEMBEBASKAN CONSTANTINOPLE
Selama 2 tahun selepas menaiki takhta, Baginda mengkaji pelan Kota Costantinople setiap malam bagi mengenal pasti titik kelemahannya. Baginda juga mengkaji sebab-sebab kegagalan kempen-kempen terdahulu serta berbincang dengan panglima-panglima perangnya tentang tentang strategi yang sesuai untuk digunakan.
Baginda mengarahkan dibina peralatan perang termoden seperti meriam besar yang boleh menembak bom seberat 300 kg sejauh 1 batu. Benteng Rumeli Hissari dibina di tebing sebelah Eropah, lebih kurang 5 batu dari Kota Constantinople di mana Selat Bosphorus adalah yang paling sempit.
Selat Bosphorus dari Satelit
Benteng Rumali Hisari
Peta di dalam benteng Rumali Hisari
Bosphorus adalah sebuah selat yang memisahkan Turki bahagian Eropah dan bahagian Asia, menghubungkan Laut Marmara dengan Laut Hitam. Selat ini sepanjang 30 kilometer, dan lebar maksimum 3.7 kilometer pada bagian utara, dan minimum 750 meter antara Anadoluhisar? dan Rumelihisar?. Kedalamannya antara 36 hingga 124 meter.
Ia dibina bertentangan dengan Benteng Anadolu Hisar di tebing sebelah Asia yang telah dibina oleh Sultan Bayazid Yildirim dahulu. Benteng ini mengawal rapi kapal-kapal yang melintasi Selat Bosphorus. Perjanjian damai dibuat dengan pihak Wallachia, Serbia dan Hungary untuk memencilkan Constantinople apabila diserang nanti.
Baginda membawa bersama para ulamak dan pakar motivasi ke medan perang bagi membakar semangat jihad tenteranya. Sebaik sahaja menghampiri dinding kubu Kota Constantinople, Baginda mengarahkan dilaungkan Azan dan solat berjemaah. Tentera Byzantine gentar melihat 150,000 tentera Islam bersolat di belakang pemimpin mereka dengan laungan suara takbir memecah kesunyian alam.
MELANCARKAN SERANGAN KE ATAS CONSTANTINOPLE
Setelah segala persiapan lengkap diatur, Baginda menghantar utusan kepada Raja Byzantin meminta beliau menyerah. Keengganan beliau mengakibatkan kota tersebut dikepung. Pada 19 April 1453, serangan dimulakan. Kota tersebut hujani peluru meriam selama 48 hari. Setengah dinding luarnya rosak tetapi dinding tengahnya masih teguh.
MENARA BERGERAK
Seterusnya Baginda mengarahkan penggunaan menara bergerak yang lebih tinggi dari dinding kubu Byzantine dan memuatkan ratusan tentera. Tentera Byzantin berjaya memusnahkan menara tersebut setelah ianya menembusi dinding tengah kubu mereka.
BANTUAN DARI POPE VATICAN
Pope di Rome menghantar bantuan 5 buah armada yang dipenuhi dengan senjata dan tentera. Perairan Teluk Golden Horn direntang dengan rantai besi untuk menghalang kemaraan armada Uthmaniyah. Ini menaikkan semula semangat tentera Byzantin.
Rantai direntang sepanjang Teluk Golden Horn
Rantai yang digunakan oleh tentera Byzantin untuk menghalang armada al-Fateh
PERANG DARI PUNCAK GUNUNG
Kegembiraan mereka tidak lama. Keesokan paginya, mereka dikejutkan dengan kehadiran 72 buah kapal perang Uthmaniyah di perairan Teluk Golden Horn. Ini adalah hasil kebijaksanaan Baginda mengangkut kapal-kapal ke atas gunung dan kemudian diluncurkan semula ke perairan Teluk Golden Horn. Tektik ini diakui sebagai antara tektik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri. Kapal-kapal itu kemudiannya membedil dinding pertahanan belakang kota.
                                           
Kapal-kapal perang tentera Byzantin habis terbakar kerana bedilan meriam Uthmaniyah. Pertahanan Byzantin menjadi semakin lemah. Baginda mengambil kesempatan pada malamnya dengan memberikan semangat kepada tenteranya serta mengingatkan mereka kepada Hadis Rasulullah saw dan bersama-sama berdoa kepada Allah swt.
MEMANJAT DAN MELASTIK DINDING
Keesokan paginya tentera Uthmaniyah cuba memanjat dinding dalam kubu dengan tangga dan cuba merobohkannya dengan lastik besar. Tentangan sengit pihak Byzantin menyebabkan ramai yang syahid. Baginda memerintahkan tenteranya berundur dan bedilan meriam diteruskan sehingga tengahari.
KARISMA SEORANG PEMIMPIN
                                         
Pengepungan selama 53 hari tanpa sebarang tanda-tanda kejayaan  telah menimbulkan rasa bosan dan menghilangkan keyakinan tentera Baginda. Pada saat yang genting ini Baginda berucap menaikkan semangat tenteranya, “Wahai tenteraku, aku bersedia untuk mati di jalan Allah. Sesiapa yang mahu syahid ikutlah aku!”.
Mendengarkan itu, Hasan Ulubate, salah seorang tentera Baginda mengetuai sekumpulan kecil 30 tentera membuka dan melompat masuk ke dalam kubu musuh lantas memacak bendera Islam di situ. Mereka kesemuanya gugur syahid setelah dihujani anak panah musuh. Kemudian tentera-tentera Islam menyerbu bertali arus menembusi barisan pertahanan Byzantin sambil melaungkan kalimah Allahu Akbar.
PENAWANAN CONTANTINOPLE
Pada 20 Jumadil Awwal 857 / 29 Mei 1453, Kota Constantinople jatuh ke tangan Islam. Baginda menukar namanya kepada Islambol (Islam keseluruhan) . Gereja Besar St Sophies ditukar kepada Masjid Aya Sofiya. Baginda dengan tawaduknya melumurkan tanah ke dahinya lalu melakukan sujud syukur. Semenjak peristiwa inilah Baginda diberi gelaran “Al Fatih” iaitu yang menang kerana kejayaannya membebaskan Constantinople.
SEBAIK-BAIK RAJA DAN SEBAIK-BAIK TENTERA
Pada kali pertama solat Jumaat hendak didirikan, timbul pertanyaan siapa yang layak menjadi imam. Baginda memerintahkan kesemua tenteranya termasuk dirinya bangun lantas bertanya, “Siapa di antara kita sejak baligh hingga sekarang pernah meninggalkan solat fardhu walau sekali sila duduk!”. Tiada seorang pun yang duduk, kerana  tidak seorang pun di antara mereka pernah meninggalkan solat fardhu.
Baginda bertanya lagi, “Siapa di antara kita yang sejak baligh hingga kini pernah meninggalkan solat sunat rawatib sila duduk!”. Sebahagian daripada tenteranya duduk.
Kemudian Baginda bertanya lagi, “Siapa di antara kamu sejak baligh hingga ke saat ini pernah meninggalkan solat tahajjud walaupun satu malam, sila duduk!”. Kali ini semuanya duduk, kecuali  Sultan Muhammad Al-Fatih sendiri. Baginda tidak pernah meninggalkan solat fardhu, Solat Sunat Rawatib dan Solat Tahajjud sejak baligh. Inilah dia anak didikan Syeikh Shamsuddin Al Wali. Bagindalah sebaik-baik raja yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadisnya itu.
INGATAN
Memikirkan tentang kehebatan al-Fateh dan tenteranya... suatu ketika, dalam perjalanan menuju ke Constantinople, tentera al-Fateh melalui sebuah kebun anggur yang besar dan buahnya sedang masak ranum. Namun, sebelum melalui kebun tersebut, al-Fateh telah mengingatkan tenteranya supaya jangan diambil anggur itu walaupun sebiji.
Perjalanan diteruskan hingga sampai di suatu tempat, mereka berehat. Setelah didirikan khemah dan berehat, pembantu al-Fateh keluar dari khemah dengan wajah yang sugul dan memanggil semua tentera berkumpul. Para tentera diberitahu bahawa al-Fateh telah jatuh sakit. Setelah diteliti oleh tabib, ubat yang diperlukan adalah sebiji anggur. Maka dia bertanya kepada seluruh tentera, siapa yang mempunyai buah anggur, kerana jika tidak, mungkin al-Fateh akan terus sakit dan mati. Malangnya, tiada seorang pun tenteranya mempunyai buah anggur. Lalu tahulah al-Fateh, bahawa tenteranya bukan sahaja kuat dari segi fizikal, malah rohani mereka juga. Benarlah, tidak seorang pun dari tenteranya yang mengingkari perintahnya. Maka keluarlah al-Fateh dr khemah, dan memuji tenteranya dan menerangkan kepda mereka maksud sebenar.

Muhammad Al-Fatih

Oleh: Rayhan Imam Irfa'i ( Mahasiswa Fakultas Dakwah & Komunikasi IAIN Raden Fatah Palembang)
 
Salah satu sejarah besar dunia adalah takluknya Constantinople ke tangan Khilafah Islam (Khilafah Utsmaniyah) melalui Jihad yang dilakukan oleh Sultan Muhammad II atau yang terkenal dengan nama Muhammad the Conqueror (Muhammad al Fatih). Sebuah episode sejarah manusia, yang dikenang baik oleh kaum Mukmin dan mereka yang ada di timur ataupun Barat. Pada masanya, dunia dapat melihat dengan jelas kebesaran Islam, kedahsyatan kekuatannya, kecanggihan teknologinya, dan keagungan peradabannya.

Banyak perusahaan kelas dunia yang mencoba melukiskan momen bersejarah tersebut melalui film layar lebar baik yang bersifat animasi 3D ataupun diperankan langsung oleh para aktor. Film-film tersebut antara lain Fetih 1453, The Fall of Constantinople, dan Conquest of Constantinople. Selain itu, perusahaan ternama Warner Bross (WB) juga membuat film dengan tema yang sama, Istanbul 1453.

FETIH1453 menggunakan format 3D yang dikemas dengan detail yang sangat bagus, penggambaran kegagahan pasukan muslim sangat terasa. Nampaknya sayang kalau dilewatkan film ini.

Sekilas Sejarah Muhammad Al Fatih
Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]. Jika anda terkagum-kagum dengan penggambaran perang yang ketat antara Balian of Ibelin melawan Shalahudin Al-Ayyubi di film Kingdom of Heaven,dan anda begitu kagum kepada sosok leonidas raja sparta dengan pasukan 300 orang menghadang tentara persia dengan raja xerxes dalam film 300, maka perang antara Constantine XI Paleologus dengan Muhammad Al-Fatih jauh lebih ketat, tidak hanya dalam hitungan hari tapi berminggu-minggu.

Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.

Sultan Muhammad Al Fateh atau yang disebut juga Mehmed II The Conqueror dilahirkan pada tanggal 29 Maret 1432. Saat kelahirannya pun sudah terdapat isyarat bahwa dia nantinya akan menjadi orang besar yang membuat sejarah besar. Ketika berita kelahirannya disampaikan, ayahnya, Sultan Murad II sedang membaca Al Quran tepat pada Surat Al Fath ayat 1:“ Sesungguhnya Kami telah memberikan padamu kemenangan yang nyata.”

Kelahirannya ada pertanda
Menjelang kelahirannya, Sultan Murad sebenarnya sedang mempersiapkan penyerbuan ke Konstantinopel (Constantinople) sekarang bernama Istanbul, ibu kota Kekaisaran Romawi Timur atau Byzantium. Setelah anaknya Muhammad lahir, datanglah seorang ulama besar Islam ke istana Sultan dan beliau mengatakan bahwa bayi itulah yang nantinya akan menaklukkan Konstantinopel seperti sabda Rasulullah SAW:

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]

Rabu, 03 Oktober 2012

Islam di jalur Air Sugihan


PENDAHULUAN
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi kita, karena di mass media mungkin kita sudah sering mendengar atau membaca bahwa indonesia adalah negara yang memiliki penganut agam islam terbesar di dunia.
Agam islam masuk ke indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan kedaerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran ajaran islam. Mengenai kapan islam masuk ke indosesia dan siapa pembawanyaterdapat beberapa teori yang mendukungnya.

1.A. proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan islam di indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama islam di indosesia menurut Ahmad Mansur suryanegara dalam bukunya yang berjudul”menemukan sejarah” ,terdapat tiga teori yaitu teori gujarat, teori makkah dan teori persia.
Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalahan waktu masuknya islam ke indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama islam ke nusantara. Teori-teori tersebut adalah:
1. Teori Gujarat 
Teori ini berpendapat bahwa agama islam masuk ke indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari gujarat (cambay), india. Dasar teori ini adalah:
a. Kuragnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa arab dalam penyebaran islam di indonesia. 
b. Hubungan dagang indonesia dengan india telah lama melalui jalur indonesia-cambay-timur tengah-eropa.
c. Adanya batu nisan sultan samudera pasai yaitu malik Al-Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Viekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik islam yaitu adanya kerajaan samudera pasai. Hal ini juga bersumber sari keterangan marcopolo dari venesia(italia) yang pernah singgah di perlak(perureula) tahun 1292. ia enceritakan bahwa di perlak sudah banyak penduduk yang memeluk islam dan banyak pedagang islam dari india yang mentebarkan ajaran islam.

2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang uncul sebagai sanggahan terhadap teori islam yaitu teori Gujarat. Teori makkah berpendapat bahwa islam masuk ke indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari arab(mesir). Dasar teori ini adalah : 
a. pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat sumatra sudah terdapat perkampungan di kanton sejak abad ke 4. hal ini juga sesuai dengan berita cina.
b. Kerajaan samudera pasai menganut aliran mazhab syafi’i, dimana pengaruh mazhab syafi’i terbesar pada waktu itu adalah mesir dan akkah. Sedangkan Gujarat atau india adalah penganut mazhab hanafi.
c. Raja-raja samudera pasaio menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar tersebut berasal dari mesir. Pendukung teori makalah ini adalah hamka, van leur dan T.W Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyataka bahwa abad 13 sudah berdiri kekuaaan politik islam, jadi masuknya ke indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad 7 dan yang berperabn besar terhadap proses penyebarannya adalh bangsa arab sendiri.

3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa islam masuk ke indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari persia (iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya persia dengan budaya masyarakat islam indonesia seperti:
a. peringatan 10 Muharrom/Asyura atas meninggalnya hasan dan husen cucu nabi muhammad, yang sangat di junjung oleh orang syi’ah / islam iran.
b. Kesamaan ajaran sufi yang di anut syekh siti jennar dengan sufi dari iran yaitu Al-Hallaj.
c. Penggunaan istilah iran dalam sistem mengeja huruf arab untuk tanda-tanda bunyi harakat.
d. Di temukannya makam maulana malik ibrahim tahun 1419 di Gresik.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa islam masuk ke indonesia dengan jalan damai pada abad ke 7 dan mengalami perkembanganya pada abad 13 sebagai penegang peranan dalam penyebaran islam adalah bangsa Arab, Persia dan Gujarat(india). 

2.B. Wujud akulturasi kebudayaan indonesia dan kebudayaan islam 
Sebelum islam masuk dan berekembang, indosesia sudah memiliki corak kebudayaan yang di pengaruhi oleh agama hindu dan budha. Dengan masuknya islam, indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua(lebih) kenudayaan karena percampuran bangsa-banga dan saling mempengaruhi), yang meluruskan kebudayaan baru yaitu kebudayaan islam indonesia.
Masuknya islam tersebut tidak berarti kebudayaan hindu dan budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat indonesia. Untuk lebih mamahami wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi pemakalah sedikit memberi uraian berikut ini.yait; 
1. Seni bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana.
2. Seni rupa 
Tradisi islam tidak menggambarkan bentuk manusia/hewan. Seni ukui relief yang menghias masjid, makam islam berupa saluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula sinkretisme, agar dapat keserasian. 
3. Aksara dan seni sastra 
Tersebarnya agama islam ke indonesia maka berpengaruh terhadap bidang akasara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulsan arab, bahkan berkembang tulisan arab melayuatau biasanya dikenal dengan istilah arab gundul yaitu tulisan arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a,i,u seperti laszimnya tulisan arab. Disamping itu juga, huruf arab berkembang menjadi seni kaligrafiyang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran. Sedangkan dalan seni sastra yang berkembang pada awal periode islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh hindu-budha dan sastra islam yang banyak mendapat pengaruh persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan atau aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf arab melayu(arab gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman hindu. 

3.C. Integrasi bangsa indonesia 
1. Pengertian Nation dan Negara Indonesia
JIika kita mendengar atau membaca istilah nation indonesia dan negara indonesia. Apakah terlintas dalam pikiran kita bahwa keduanya memiliki pengertian yang sama? Pada dasarnya antara nation indonesia maupun negara indonesia memiliki pengertian yang berbeda. menurut Ernest Renan, Nation adalah suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri dari orang-orang yang saling merasa setiakawan satu sama lain, tetapi nation tidak bergantung pada kesamaan asal ras, suku bangsa,agama ataupun hal-hal lain yang sejenis, karena nation hanyalah merupakan suatu kesepakatan bersama. Untuk itu yang dimaksud dengan nation indonesia adalah kesatuan solidaritas yang didasarkan atas perasaan kebangsaan indonesia, yang berkehendak untuk hidup bersama ditanah air indonesia sebagai suatu bangsa. 
Sedangakan pengertian dari negara indonesia yaitu suatu organisasi politik, suatu struktur politik dimana para warga negara adalah anggota dari organisaasi politik besar tersebut. Keanggotaan dalam organisasi negara atau kewarganegaraan di atur oleh aturan hukum, jadi undang-undanglah yang menyatakan apakah seseorang adalah warga negara indonesia atau bukan.
Dari penjelasan tersebut di atas dapatlah dibedakan antara keduanya yaitu dalam negara indonesia, kesatuan solidaritasnya berpedoman pada undang-undang atau terikat pada hukum. Sedangkan dalam nation indonesia, kesatuan solidaritasnya hanya didsarkan pada perasaan kebersamaan atau rasa solidaritas kebangsaan indonesia.
2. Kemajemukan Masyarakat Indonesia 
Sebagai warga negara indonesia tentu kita memahami bahwa masyarakat indonesia beranekaragam atau dikatakan sebagai masyarakat majemuk atau plural. Istilah masyarakat indonesia majemuk pertama kali diperkenalkan oleh furnivall dalam bukunya 
Netherlands india, A study of Plural Economy (1967), untuk menggambarkan kenyataan masyarakat indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit berkata dalam satu kesatuan sosial politik, kemajuan masyarakat indonesia ditunjukkan oleh struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam bebagai hal.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa kemajemukan indonesia tampak pada perbedaan warga masyarakat secara horizontal yang terdiri atas berbagai ras, suku bangsa, agama, adatdan perbedaan-perbedaan kedaerahan.Menurut Robertson (1977), ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri warna kulit dan fisik tubuh tertentu yang diturunkan secara turun-temurun. Untuk itu ras yang hidup di indonesia antar lain ras melayu mongoloid, weddoid, dan sebagainya. Sedangkan untuk suku bangsa atau etnis yang tersebar di indonesia sangatlah beranekaragam, dan menurut Hilldred Geertz di indonesia terdapat lebih dari 300 suku bangsa, dimana masing-masing memiliki bahasa dan identitas kebudayaan yang berbeda.
Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan, dan warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk senantias menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi. 
3. Proses Integrasi Bangsa Indonesia
Menurut Hendropuspito oc dalam bukunya “ Sosiologi Sistematik”istilah integrasi berasal dari kata latin integrare yang berarti memberikantempat dalam suatu keseluruhan. Dari kata tersebut maka menurunkan kata integritas yang berarti keutuhan atau kebulatan dan integrasi berarti membuat unsur-unsur tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Secara umum integrasi diartikan sebagai pernyataan secara terencana dari bagian-bagian yang berbeda menjadi satu kesatuan yang serasi.
Kata integarasi berkaiotan erat dengan terbentuknya suatu bangsa, karena suatu bangsa terdiri dari berbagai unsur seperti suku/etnis, ras, kepercayaan dan sebagainya, yang beranekaragam. Untuk itu integrasi suatu bangsa terjadi karena adanya perpaduandai berbagai unsur tersebut, sehingga terwujud kesatuan wilayah, kesatuan politik, ekonomi, sosial maupun budaya yang membentuk jati diri bangsa tersebut. Integrasi bangsa tidak terjadi begitu saja, tetapi memerlukan suatu proses perjalanan waktu yang panjang yang harus diawali adanya kebersamaan dalam kehidupan. Kebersamaan tersebut memiliki arti yang luas yaitu kebersamaan hidup, kebersamaan pola pikir, kebersamaan tujuan dan kebersamaan kepentingan.
Dengan demikian integrasi suatu bangsa dilandasi oleh cita-cita dan tujuan yang sama, adanya saling pendekatan dan kesadaran untuk bertoleransi dan saling menghormati. Demikian pula untuk integrasi bangsa, mengingat indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan memiliki keanekaraganan budaya. Maka sangat memerlukan proses integrasi, karena dampak dari kemaemukan ini sangat potensial terjadinya konflik/pertentangan. Kecenderungan terjadinya konflik di indonesia sangatlah besar, untuk itu hendaknya setiap warga masyarakat si indonesia harus menyadari dan mempunayi ciyta-cita bersama sebagai bangsa indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
G. Moedjanto, Negara dan nasionalisme indonesia, PT. Grasindo, jakarta,1995
R. Soekmono, Sejarah Kebudayaan Indonesia 3, Kanisius, Yogyakarta, 1985 
Nugroho Notosusanto, dkk, Sejarah Nasional Indonesia 111, Depdikbud, jakarta, 1992
Sardiman A.M. dan kusriyantinah, Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, kendang sari, Surabaya, 1995.
Harsya W. Bachtiar, Integrasi Nasional Indonesia, jakarta, 1995