Imam Irfa'i |
Untuk merealisasikan semboyan ini sudah barang tentu dengan mencontoh dan meneladani seluruh perangai Rasulullah yang telah mencapai puncak kesempurnaan dan menjadi “obor” kegelapan. Di saat dunia semakin rapuh, manusia mendapat angin segar dari keluhuran budi perti beliau.
Perangai luhur yang dimiliki Rasulllulah saw mencakup seluruh aspek,
baik yang berkaitan dengan masalah ibadah, kezahidan maupun yang
berkaitan dengan keliahaian berpolitik dan ketegarannya memegang
prinsip.
Marilah lita mencoba
menyelemai “telaga’ keagungan beliau dengan harapan dapat meneguk airnya
yang bening untuk menebus dahaga terhadap “figur” yang selama ini kita
butuhkan. Juga untuk menebus dosa-dosa kejahiliyahan yang telah sekian
lama menempel pada relung-relung jiwa dan raga kita.
Ibadah Rasulullah Saw
Dalam
soal ibadah, Rasullulah Saw telah mencapai tinggkat yang paling tinggi,
antara lain seperti yang diceritakan oleh Mughirah bin Syu’bah Ra.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah melakukan shalat malam sampai
kakinya bengkak karena terlau lama berdiri. Ketika itu beliau ditanya
oleh Aisyah Ra, isterinya, “Wahai, kakanda bukankah Allah telah dan akan
mengampuni dosa-dosamu, mengapakah engkau begitu tekun dalam
beribadah?” Mendengar pertanyaan itu, beliau balik bertanya, “Apakah
dengan begitu aku menjadi enggan untuk menjadi hambaNya yang bersyukur?”
(HR. Bukhari-Muslim)
Diriwayatkan pula oleh
Bukhari dan Muslim dari Alqamah, katanya, “Aku pernah bertanya kepada
Ummul Mukminin Aisyah ra: Apakah Rasullulah saw mengkhususkan beberapa
hari untuk beribadah sebanyak-banyaknya?” Aisyah Ra lantas berkata,
Tidak, beliau melakukan ibadah terus-menerus.”
Demikianlah, betapa
erat keterpautan hati beliau dengan Allah swt. Beliau berada disisiNya
dalam setiap waktu. Beliau melakukan shalat malam tapi juga menyisihkan
sebagiannya untuk siang hari. Dalam shalatnya beliau merasakan kelezatan
batin dan kesejukan hati. Beliau melarang sahabatnya mengikutinya
apabila mereka tidak sanggup melakukannya. Aisyah ra menceritakan bahwa
terkadang Rasullulah meninggalkan suatu perkerjaan yang “amat
disenanginya” tersebut. Ini disebabkan karena ia khawatir jangan sampai
umatnya mengikutinya dan mejadikan perbuatan itu sebagai sesuatu yang
wajib dilakukan. Beliau paham betul hal ini tentu akan memberatkan
umatnya.
Jama'ah Jum'at yg di rahmati Allah SWT..
Ada satu hal lagi yang
mencengangkan yakni kemampuan beliau memadukan ibadah yang begitu mantap
dengan aktifitas-aktifitas lainnya, seperti tugas berdakwah dan
panggilan jihad.
Dala segala hal beliau
selalu paling unggul. Misalnya dalam memegang kendali pemerintahan,
memilih diplomat untuk berkonsultasi dengan raj-raja, menyambut diplomat
yang datang kepadanya, memimpin rombongan pasukan, dalam berdiskusi
dengan ahli ahli kitab dan pejabat-pejabat tinggi, menyediakan sarana
perang dan mempelajari sebab musabab suatu kekalahan. Begitu pula dalam
mengupah dengan seadil-adilnya. Beliau acapkali berkata, “ Jika aku
tidak dapat berbuat adil, lalu siapa lagi yang akan berbuat adil?”
Dalam berdakwah, beliau
selalu menerangkan hukum syariat Allah dengan terperinci, jelas dan
tuntas. Beliau juga selalu menolak sesuatu yang belum direstui Allah
swt.
Kunci rahasia dari
persetasi ibadah beliau terdapat pada ketekunannya melakukan shalat
tahajjud, berzikir, berdoa dan jenis ibadah lainnya sesuai dengan
perintah Robbnya.
Mengenai shalat tahajjud, Allah swt memang telah berpesan kepada hambaNya:
“Hai
orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam
hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau
kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan
bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan
menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu
malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih
berkesan”. (Qs Al Muzzammil : 1-6)
“Dan pada sebagian
malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu tanbahan bagimu.
Mudah-mudahan Robbmu mengangkat kamu ke tempat yang teruji.” ( Qs Al isra’ : 79)
Jama'ah Jum'at yg di rahmati Allah SWT......
Ketawadhuan Rasulullah Saw
Di
sini kami akan mengangkat ke permukaan sekeping kecil dari sekian
banyak sifat ketawadhuan yang menghiasi pribadi Muhammad saw yang mulia.
Orang
yang hidup semasa Rasulullah saw mengatakan bahwa apabila beliau
berjumpa dengan para sahabatnya, maka beliaulah yang terlebih dahulu
memberi salam. Apabila beliau bersalaman, maka beliau tidak menarik
tangannya sebelum orang itu dulu yang melepaskannya.. Apabila beliau
mengahadiri suatu pertemuan dengan para sahabatnya, maka beliau duduk
dibagian mana saja yang kosong. Apabila beliau pergi kepasar maka beliau
sendiri yang membawa barang belanjaannya.
Beliau
selalu memenuhi undangan, walaupun undangan itu datang dari hamba
sahaya. Beliau menerima udzur seorang yang berhalangan. Beliau menambal
pakaiannya dan menjahit sepatunya sendiri. Beliau menambatkan untanya
dan makan bersama-sama dengan pembantu.
Beliau juga memiliki sifat-sifat luhur tersebut berkat didikan langsung dari Allah swt lewat firmanNya:
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang beriman.” (Qs Asy Syu’ara : 215)
Ketegaran Rasululah Saw
Ketegaran
dalam pinsip dan ketegasan dalam pendirian merupakan satu di antara
sifat-sifat Nabi yang paling menonjol. Hali ini terbukti pada
kegigihannya menyampaikan misi dakwahnya tanpa berkedip sedikitpun oleh
hempasan derita serta oleh sengatan api kedengkian yang panas membara.
Bahkan justru semakin bertambah kuat keimanannya dan semangatnya. Dengan
penuh optimisme beliau meminta bala bantuan kepada Robbnya sambil
berdoa: Ya Robbku, kepada-Mu aku mengadukan kelemahan tenagaku,
kekurangan usahaku dan kehinaanku di hadapan orang banyak. Engkaulah
Yang Maha Penyayang. Engkaulah Robb orang-orang yang lemah. Engkaulah
Robbku. Kepada siapakah aku Engkau serahkan kepada orang yang akan
menyiksa aku, atau kepada musuh yang Engkau kuasakan padanya urusanku?
Kalau Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli. Namun, tentu
kepamaafanMu untukku masih lebih luas. Aku berlindung dengan wajahMu
yang dengannya segala kegelapan menjadi terang benderang sehingga urusan
dunia dan akhirat menjadi baik. Janganlah murka-Mu menimpa diriku atau
kebencianMu jatuh kepadaku. KepadaMu lah tempat kembaliku, sampai Engkau
ridha. Tiada daya dan upaya kecuali dengan Engkau.”
Beliau
telah sering disakiti kaum Quraisy dengan segala macam cara. Bahkan
sampai hati mereka melemparinya denga batu dan meyiraminya dengan tanah.
Melihat ayahnya diperlakukan demikian kejam, si kecil Fatimah keluar
rumah dan membersihkan tanah yang menimpa kepala beliau sambil menangis
tersedu-sedu.
Mendengar
tangis puteri tercintanya, hatinya tersayat. Dalam suasana kesedihan
yang mencekam beliau membisikkan perkataan di telinga puterinya,
“Sudahlah anakku, Fatimah, percayalah, Allah tetap melindungi ayahmu.
Demi Allah, kaum Quraisy tidak akan mengusik ku selagi Abu Thalib masih
hidup.”
Kini
cobalah perhatikan ketegasan sikapnya terhadap pamannya sendiri, Abu
Tahlib, tatkala dia merasa pamannya akan menyerahkan dia dan melepaskan
pembelaanya dan menyia-nyiakannya. Secara spontan terlontarlah
perkataannya yang abadi dan terbit dari hati yang suci bersih. Beliau
berkata, “Demi Allah, wahai pamanku, seandainya mereka meletakkan
matahari di sebelah kananku dan bulan di sebelah kiriku agar aku
meninggalkan urusan dakwah ini, sekali-kali aku tidak akan
meninggalkannya sampai Allah menampakkannya atau aku binasa karenanya. “
Melihat
anak saudaranya yang begitu bersemangat dan berpendirian kokoh, Abu
Thalib pun terharu. Akhirnya ia berkata kepada kemenakannya,
“Berangkatlah wahai kemenakanku. Sampaikanlah apa saja yang engkau
senangi. Demi Allah, aku tidak akan menyia-nyiakan dirimu. Percayalah,
mereka tidak akan mengusikmu sampai aku mati berkalang tanah.”
Kini
telah sama-sama mengetahui bagaimana antusiasnya kaum musyrikin dalam
menghalangi kegiatan dakwah Rasullulah Saw. Mereka berusaha dengan
berbagai cara, antara lain dengan membujuk rayu, mengintimidasi, menekan
dari berbagai penjuru, mencaci maki, menyebarkan berita gosip dan
memboikot total segala aktifitas Rasulullah dan pengikutnya. Tapi semua
itu tidak mmebuat beliau lemah dan surut.
Beberapa
saat setelah beliau hijrah ke Madinah, kaum musyrikin menyusul dengan
serombongan pasukan yang dipersenjatai dengan perlengkapan perang.
Mereka hendak menggempur Rasulullah dan para sahabatnya. Namun hal itu
tidak membuahkan hasil apa-apa. Beliau tetap pada pendiriannya
memperjuangkan risalah Islam.
Jama'ah Jum'at yang di rahmati Allah SWT..............
Akhirnya
sampailah pada puncak kegemilangan. Islam memperoleh eksistensi dan
kemenangan yang gemilang dan dapat membentuk daulah islamiyah. Ini semua
berkat kegigihan, kerja keras dan ketabahan hati yang disumbangkan sang
pengemban risalah suci, Rasulullah saw.
“Hai
Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya”. (Qs. Al Maa’idah : 67)
“Maka
bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan
(azab) bagi mereka.” (Qs Al Ahqaaf : 35)
“Apakah
kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang
yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Qs Al Baqarah : 214)
Kefasihan Lidah Dan Etika Bicaranya
Disini
penulis akan mengungkapkan beberapa contoh lagi mengenai pribadi
Rasulullah saw yang sekiranya patut diteladani oleh seorang muslim
sebagai ciri khasnya, yakni kefasihan berbicara dan etika penyampainnya.
Rasulullah
saw apabila bicara, perkataannaya amat terperinci dan gamblang. Seorang
yang mendengarkannya dengan mudah dapat mengitungnya bila ia mau.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah Ra. Katanya “Cara bertutur
kata Rasulullah berbeda dengan kalian dia mengucapkan perkataan yang
apabila orang mau menghitungnya maka ia sanggup melakukannya.”
Dirwayatkan
pula oleh Abu Daud dari Aisyah Ra, katanya, “Ucapan Rasulullah saw
begitu terperinci sehingga dapat dipahami oleh semua penedangarnya.”
Dalam
shahih Bukhari dan Muslim, Anas meriwayatkan, bila Rasulullah berbicara
maka perkataannya itu diulanginya sampai tiga kali sehingga betul-betul
dipahami. Kata-katanya begitu gamblang, tidak beruntun dan tidak
berbeli-belit. Dia juga tidak senang berpanjang lebar dalam pembicaraan.
Beliau
tidak senang dengan intonasi suara yang dipaksakan dan tekanan suara
yang berlebihan. Sunan Abu Daud dan Thrimdzi dari Ibnu Umar berkata
bahwa Rasullulah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt membenci
orang yang berlagak fasih, sambil melengkung-lengkungkan lidahnya
seperti kerbau melengkung-lengkungkan lidahnya.”
Rasulullah
saw sangat ramah bila berjumpa dengan sesorang. Beliau sangat
menghormati orang-orang yang duduk bersamanya. At Thabrani meriwayatkan
dari Amrul ibnul Ash, katanya, “Rasulullah saw mengarahkan mukanya
dengan penuh keakraban kepada orang yang diajaknya bicara, sekalipun dia
hanya orang awam. Hal ini pernah dilakukannya terhadapku, sampai-sampai
aku menyangka bahwa akulah yang paling mulia dan terpenting di antara
orang-orang yang hadir. Maka aku bertanya kepada beliau. “ Wahai
Rasulullah, mana yang lebih baik antara aku dengan Abu Bakar?”
Rasullulah menjawab, “Abu Bakar.” Lalu aku bertanya lagi, “Apakah aku
lebih baik atau Umar? Rasulullah saw, menjawab: “Umar” Lalu aku bertanya
lagi: “Ya Rasulullah siapa yang lebih baik aku atau Utsman? Rasululah
menjawab: “Utsman”. Ketika hendak bertanya untuk yang keempat kalinya,
dia menyapaku supaya diam, maka aku pun tidak menanyainya lagi.
Selain
keramah tamahannya beliau juga selalu tampil dengan wajah cerah, murah
senyum dan penuh simpati dalam pergaulan. Diriwayatkan oleh Al Bazzar
dengan sabda yang baik dari jabir Ra, katanya, “Apabila Rasulullah saw
sedang menerima wahyu atau suatu perintah , maka aku melihaynya seperti
orang yang sedang ditimpa beban berat. Tetapi setelah itu aku melihat
wajahnya berseri-seri penuh senyum keramahan. Dia tidak pernah
menjulurkan kakinya di antara sahabat-sahabatnya.”
Apabila
menyampaikan khutbah, beliau tidak bertele-tele atau panjang lebar
sehingg pendengarnya tidak meresa jenuh. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari
Jabir Ra. Katanya, Rasulullah tidak memanjangkan khutbah pada hari
Jum’at. Beliau mengucapkan khutbah hanya beberapa patah kata saja.”
Jama'ah Jum'at yang di rahmati Allah SWT.............
Kepiawaian Rasulullah Saw Dalam Berpolitik
Dalam
meniti karir poltiknya, Nabi Saw memfokuskan perhatiannya pada tiga
obyek utama, yakni cara bergaul dengan sahabat-sahabatnya, metode
berdiplomasi dengan musuh dan pola kepengurusan mereka.
Dalam
berhubungan dengan sahabat-sahabatnya, beliau sangat memprioritaskan
segi moralitas yang tinggi. Beliau memperlakukan mereka dengan segenap
kesantunan dan kebijaksanaan, sehingga tidak heranlah kalau para
sahabatnya begitu simpati kepadanya.
Diriwayatkan
oleh muslim bahwa Muawiyah bin Hakam pernah bercerita, “Ketika aku
sedang shalat di belakang Nabi saw, tiba-tiba ada sesorang yang bersin.
Maka aku mengucapkan yarhamakumullahu. Para jama’ah tiba-tiba
memukulkan tangannya di atas pahanya masing-masing agar aku diam.
Setelah Rasullulah selesai shalatnya, belaiu diam saja tidak membentak
atau mencelaku, apalgi memukulku. Beliau cuma menasehatiku, katanya, “Di
dalam shalat tidak dibenarkan berbicara kecuali bertasbih, bertakbir
dan membaca Al Qur’an. “ Demi Allah, aku belum pernah melihat seorang
pendidik yang lebih bijaksana dari beliau”
Mengenai
kelihainya berdiplomasi dengan musuh sudah sering dibuktikannya, dan
yang paling menojol adalah ketika beliau tengah melangsungkan perjanjian
perdamaian hudaibiyah. Beliau berhasil meredam konflik yang selama ini
menghangat antara kaum muslimin dengan pihak kaum Quraisy. Dari meja
perundingan inilah, proses penaklukan kota Mekah menjadi semakin mudah.
Dalam
bidang ekeskutif beliau senantiasa mendapat sanjungan dari para
politikus di setiap kurun waktu. Dia adalah orang yang sangat pandai,
matangh dalam berpikir dan mapan dalam manajemen. Dengan taktik itulah
beliau mampu mengahadapi berbagai kendala yang akhirnya membuahkan
kesuksesan gemilang. Dengan taktik itu juga beliau sanggup menggariskan
jalur yang akan dilalui umatnya dalam rangka menggapai kejayaan,
keagungan dan kamuliaan.
Oleh
karena itu setelah beliau sampai di Madinah, yang menjadi pogram
pertamanya adalah pembangunan mesjid sebagai sarana penting dan
berfungsi ganda. Selain itu masjid juga digunakan sebagai pusat kegiatan
ritual, majelis syura, tempat pengkajian dan pengkaderan, pusat
kegiatan dakwah, keilmuwan dan tempat pengadilan.
Dalam
waktu relatif singkat, terwujudlah sudah sebuah masyarakat yang bersatu
di bawah panji persaudaran dan solidaritas tinggi. Kaum Muhajirin
dipersaudarakan dengan kaum Anshar. Sementara itu suku Aus
diintegrasikan dengan suku Khazraj sehingga mereka menjadi hamba-hamba
Allah yang bersatu dan bersaudara bak komponen bangunan yang saling
memperkuat.
Akhirnya
masyarakat Madinah terbebas dari belenggu dominasi orang-orang Yahudi.
Sementara itu pengaruh orang-orang musyrik di Mekah menjadi lumpuh total
dan pada gilirannya meratalah konsepsi syariat Islam ke seluruh jazirah
Arab secara umum.
Jama'ah Jum'at yang di rahmati Allah SWT.............
Mana
mungkin Nabi saw tidak sukses dalam politik dan menarik simpati
sahabat-sahabatnya, padahal Allah lah yang langsung memberinya “formula’
serta metode yang jitu.
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu” (Qs Ali ‘Imran 159)
Inilah
aplikasi dan realisasi semboyan “Rasul Panutan Kami” Sebetulnya apa
yang telah disebutkan di atas tidak lebih dari seceduk saja.
Kini
yang dituntut dari kita adalah tekad serta semangat tinggi untuk
meneladani sifat-sifat kesempurnaan yang ada pada diri Nabi saw, baik
dalam ibadahnya, kezahidannya, ketawadhunnya , kebijaksanannya,
pendiriannya dan dalam sifat-sifat agung lainya.
Jika
kita telah mengaplikasikan makna serta tujuan semboyan di atas, maka
pada saat itu mata dunia akan terbuka lebar dan akan mengetahu bahwa kalian adalah umat yang idealis dan realistis , buka umat yang pandai bersilat lidah tanpa pengamalan apa-apa.
Wassalam
Rayhan Imam