|
Rayhan Imam, |
Wujud (menyembah) itu memang hanya
kepada Allah, bukan kepada orang tua. Lalu bolehkah kita sungkem? Atau adakah
sujud yang bukan menyembah? Bagi yang terbiasa tidak sungkem, mungkin tidak
mengapa, tetapi bagi orang yang terbiasa merendahkan dirinya dihadapan orang
tua. Pada momen idul fitri, sungkem terasa sebagai berjuta bakti yang sulit
diungkap dikarenakan sayang tak berhingga
dari kedua orang tua kita. Memang sungkem adalah gerakan membungkuk kepada
orang tua, sebagai wujud kerendahan seorang anak kepada orang tua, dan bukannya
bersujud atau menyembah orang tua. Sebenarnya membungkukkan badan tidaklah
dilarang. Sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al Israa ayat 24 Allah yang
artinya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Ternyata,
Banyak orang mengira bahwa arti atau makna sungkem adalah sujud yang diidentikkan
dengan menyembah, sehingga banyak orang yang berpikir bahwa sungkem itu adalah
menyekutukan-Nya. Anggapan semacam itu tentu tidak benar, mengingat kisah
dimana Nabi Yusuf pernah menaikkan kedua orang tuanya ke atas sebuah Singgasana
dan menerima sujud dari kedua orang tuanya. Sujud disini tidak diartikan
sebagai menyembah, melainkan suatu penghormatan. Kisah sujud yang tidak
semata-mata menyembah terdapat dalam Al-Quran surah Yusuf ayat 101 yang
Artinya:
“Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke
atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada
Yusuf. Dan berkata Yusuf: “Wahai ayahku inilah ta’bir mimpiku yang dahulu itu;
sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya
Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah
penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah syaitan
merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Sujud disini ialah sujud penghormatan
bukan sujud ibadah. Persoalan hubungan kepada Allah taala dan juga hubungan
kepada orang tua sangat tegas dalam Al-Quran. Kita dituntut untuk berbuat baik
kepada orang tua, bahkan kita disuruh merendahkan diri kita dihadapan mereka,
kecuali jika kita disuruh menyembah orang tua.
Sungkem dilakukan dalam posisi orang
tua sedang duduk, sehingga jika si anak merendahkan diri tentunya dia harus
melakukan jongok. Dalam hal ini, memang ada adat sungkem yang menggunakan
sungkem secara berlebihan, dengan gerakan mirip “sembah” (kedua telapak tangan
bertemu, diletakkan di atas kepala dan wajah), misalnya di kraton. Apabila
gerakan itu memang ditujukkan untuk menyembah dan bukannya untuk sekedar
menghormati, maka itu bisa dipastikan haram dan memang dilarang. Sebagaimana
Allah swt berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 9 yang Artinya:
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Batasan antara menyembah dengan penghormatan
tentunya bukan dilihat dan didefinisikan dari sebuah gerakan, melainkan dari
niatnya. Gerakan menyembah di tiap agama, budaya, bangsa akan berbeda. Ada yang
menyembah dengan bersujud, membakar dupa, berjongkok, berbaring, bahkan juga
berdiri dll. Tentunya perbedaan antara menyembah dengan bukan menyembah, adalah
terletak pada niatnya. Berbuat baik, patuh dan menuruti perkataan orang tua,
tetapi tidak menyembah mereka juga tertulis dalam surah Al Isra ayat 24. Allah
SWT menegaskan:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Sungkem adalah wujud kerendahan diri,
bakti seorang anak kepada orang tua sebagaimana telah dibahas dalam surah Al Isra
ayat 24 di atas. Allah menyuruh anak berbakti kepada orang tua agar supaya
dijauhkan dari perbuatan sombong lagi durhaka. Sebagaimana firmannya dalam
surah Maryam ayat 15 yang Artinya:
“Dan seorang yang berbakti kepada kedua
orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”.
Kesadaran untuk berbuat baik kepada
mereka karena sesungguhnya orang tualah yang telah membesarkan dan merawat kita
diwaktu kecil. Sebagai mana Allah SWT berfirman dalam surah As Syura ayat 16
yang artinya:
” Kami perintahkan kepada manusia
supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.”
Apapun penafsiran dan sangkaan manusia
dalam setiap baik dan buruknya amalan kita, sesungguhnya bagi diri kita adalah
bagaimana niat kita dalam menjalankan ibadah. Niat inilah yang membedakan
antara menyembah ataupun menghormat, dan sesungguhnya Allah lah yang maha
mengetahui segala sesuatu. Sebagai mana Allah berfirman dalam surah Yunus ayat
37;
“Dan kebanyakannya dari mereka, tidak
menuruti melainkan sesuatu sangkaan sahaja, (padahal) sesungguhnya sangkaan itu
tidak dapat memenuhi kehendak menentukan sesuatu dari kebenaran (iktikad).
Sesunguhhnya Allah Maha Mengetahui akan apa yang mereka lakukan”
Niat inilah yang membedakan antara perbuatan baik
dan buruk juga dijelaskan dalam kitab Riyadhus sholihin: Dari Amiril
Mukminin-Abu Hafash-Umar bin al-Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah
bin Abdillah bin Qurth bin Razah bin Ady bin Ka’ab bin Luayyin bin Gholib
al-Qurasyi al-Adawi r.a. berkata:
“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya. Sesungguhnya
tiap-tiap orang mempunyai sesuatu yang diniati (baik maupun buruk). Maka,
barang siapa yang berhijrah (dari tempat tinggalnya ke madinah) untuk mencapai
ridha Allah dan rasulNya (dan hijrah tersebut diterimaNya). Barang siapa yang
hijrahnya untuk mencari harta dunia atau seorang perempuan yang akan
dikawininya, maka hijrahnya (bukan untuk mencapai ridha Allah dan Allah tidak
menerimanya), tapi hijrahnya untuk tujuan hijrah itu sendiri,” (H.R. Muttaaq
alaih).
Sesungguhnya ridha orang tua kita adalah ridha Allah,
sebagaimana hadits berikut :
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari
Sahabat dari sahabat Abdillah bin Amr dikatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka
Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad
(2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152))
Berbakti Kepada Orang Tua Merupakan
Sifat Baarizah (yang menonjol) dari Para Nabi. Dalam surat Ibrahim ayat 40-41:
“Wahai Rabb-ku jadikanlah aku dan anak cucuku, orang yang tetap mendirikan
shalat, wahai Rabb-ku perkenankanlah doaku.Wahai Rabb kami, berikanlah ampunan
untukku dan kedua orang tuaku. Dan sekalian orang-orang mukmin pada hari
terjadinya hisab.”
Kemudian dalam An Nahl ayat 19 tentang
nabi Sulaiman ‘alaihi salam. Maka dia tersenyum dengan tertawa karena
(mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku ilham
untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah engkau anugrahkan kepadaku dan
kepada kedua orang tuaku dan untuk mengajarkan amal shalih yang Engkau ridlai
dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang
shalih.”
Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa bakti
kepada orang tua merupakan sifat yang menonjol bagi para nabi. Semua nabi
berbakti kepada kedua orang tua mereka. Dan ini menunjukan bahwa berbakti
kepada orang tua adalah syariat yang umum. Setiap nabi dan rasul yang diutus
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ke muka bumi selain diperintahkan untuk menyeru
umatnya agar berbakti kepada Allah, mentauhidkan Allah dan menjauhi segala
macam perbuatan syirik juga diperintahkan untuk menyeru umatnya agar berbakti
kepada orang tuanya. Bahwa berbakti kepada kedua orang tua dalam amal adalah yang
paling utama. Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim. Dari sahabat Abu Abdirrahman
Abdulah bin Mas’ud radliallahu ‘anhu:
“Aku bertanya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tentang amal-amal paling utama dan dicintai Allah? Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam menjawab, ‘pertama Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain
disebutkan shalat diawal waktunya), kedua berbakti kepada kedua dua orang tua,
ketiga jihad di jalan Allah’.” [HR. Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari
2/9]
Demikian semoga tulisan ini bermanfaat,
agar kesalahpahaman antara sungkem yang dalam budaya Jawa dianggap sebagai
penghormatan, tidak dipandang keliru oleh budaya lainnya. Mohon maaf semoga
dengan penjelasan ini tidak ada yang salah sangka.
Dan semoga Allah Swt senantiasa
memberikan taufiq agar kita dapat selalu terjaga untuk melakukan ibadah yang
dicintai-Nya
Oleh: Rayhan Imam