Oleh: Agus P ( Dewan Penasihat IRMAS Kecamatan
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS. adz Dzariyat: 49)
Ummu Salamah ra menggambarkan betapa berseri-seri wajah Rasulullah
ketika mendengar pinangan puteri Beliau yang dimohonkan oleh Sayyidina
Ali Ibn Abi Thalib ra., sebab sang calon menantu adalah seorang pemuda
yang gagah berani, berilmu, dan berakhlak mulia, yang sejak kecil ada di
bawah bimbingan dan didikan Beliau sebagai anak angkat, yang dari
sulbinya akan lahir keturunan Beliau Rasulullah SAW yang disebut Ahlul
Bait atau Adz Dzuriyah.
Diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT, memerintahkan kepadaku agar aku mengawinkan Fatimah dengan Ali.” HR. Tabrani.
Perkawinan yang Penuh Berkah
Prosesi akad nikah berjalan dengan hidmat dan penuh dengan nilai-nilai
kesakralan, walau maskawin yang diberikan oleh Sayyidina Ali hanya 400
dirham, atau senilai sebuah baju besi untuk berperang. Bahkan perjamuan
walimatul ‘ursy hanyalah kurma dan kismis anggur yang dikeringkan.
Sahabat Anas Ibn Malik ra. menuturkan bahwa setelah selesai uapacara pernikahan Rasulullah SAW mendoakan kedua mempelai:
“Semoga Allah SWT merukunkan kalian berdua, melimpahkan kebahagiaan dan
memberkahi kalian berdua. Dan semoga pula akan memberikan keturuan yang
baik dan banyak kepada kalian.”
Kehidupan Sayyidina Ali dan
Sayyidatina Fatimah sangat sederhana, bahkan Sayyidina Ali tidak mampu
membayar gaji seorang pembantu untuk rumah tangganya. Karenanya,
Sayyidatina Fatimah yang masih muda itu harus menanggung sendiri semua
pekerjaan rumah tangganya. Ia harus menggiling gandum sendiri, membakar
roti sendiri, membersihkan rumah sendiri, mencuci sendiri, memasak
sendiri,masih lagi harus merawat anak-anak sendiri. Coba bayangkan putri
seorang nabi, yang juga kepala negara melakukan aktivitas rumah
tangganya sendiri
Suatu ketika Rasulullah SAW. berkunjung ke
rumah puteri Beliau, Sayyidatina Fatimah sedang menggiling tepung dengan
air mata yang berlinang. Baju yang dikenakannya pun dari kain kasar.
Menyaksikan hal itu, Rasulullah SAW, haru dan air matanya pun meleleh,
sambil menghibur:
“Fatimah, terimalah kepahitan dunia untuk memperoleh kenikmatan di akhirat nanti.”
Namun demikian, dengan segala kesederhanaan dan kehidupan yang serba
kekurangan, rumah tangga mereka sangat harmonis, tenteram, damai, saling
menghormati, saling mencintai, rukun dan penuh kasih sayang. Mereka
tidak pernah mengeluh, semua dikerjakan bersama-sama dengan saling
pengertian di posisi mereka masing-masing.
Kunci Rumah Tangga Sakinah
Dari cerita kehidupan di atas, kita memperoleh gambaran yang indah dari
sebuah rumah tangga yang pondasi dan pilar-pilar kekuatannya dibangun
dengan akhlaqul karimah. Dalam kehidupan rumah tangga, sesungguhnya
suami-isteri memiliki hak dan kewajiban yang seimbang sesuai kodrat
masing-masing. Dan keduanya dituntut menjalankan tugasnya dengan
sebaik-baiknya.
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami,
mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Al Baqarah 228
Tidak ada komentar:
Posting Komentar