IRMAS SELALU DI HATI

Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (al-Qalam: 4)

Senin, 10 September 2012

Sejarah Masjid Muhammad Cheng Ho Palembang


Masjid Cheng Ho Palembang


Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya, Palembang


Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya Palembang atau biasa disebut sebagaiMasjid Cheng Ho Palembang  berlokasi di Perumahan Amen Mulia, Jakabaring, Palembang. Masjid ini didirikan atas prakarsa para sesepuh, penasehat, pengurus Pembina Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sumatera Selatan yang diketuai oleh H. A. Afandi serta tokoh masyarakat Tionghoa di sekitar Palembang.

Masjid Cheng Ho Palembang merupakan salah satu dari 3 Masjid Cheng Ho yang sudah berdiri di Indonesia, dua yang lain berada di Surabaya dan Pasuruan. Dibandingkan dua Masjid Cheng Ho Lain nya Masjid Cheng Ho Palembang merupakan Masjid Cheng Ho terbesar. Fungsi masjid Cheng Ho lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid ini menghelat kegiatan-kegiatan agama dan kemasyarakatan, dan telah menjadi sebuah tujuan wisata yang menarik para pengunjung dari Malaysia, Singapura, Taiwan dan bahkan Rusia.

Arsitektur Masjid


Salah satu dari dua

menara Masjid Cheng Ho
Palembang yang mirip
dengan bangunan
Pagoda Cina.
Bangunan masjid dibangun dengan perpaduan unsur Cina, Melayu, Nusantara dan arab ini dilengkapi dengan rumah imam, Tempat Pendidikan Al-Quran untuk anak-anak secara gratis, Kantor DKM, perpustakaan masjid, serta ruang serbaguna. Bangunan masjid berukuran 25 x 25 meter berdiri di atas tanah 5000 meter persegi. Pembangunan masjid menelan biaya sekitar Rp 4 miliar.

Masjid Sriwijaya Muhammad Cheng Hoo, mampu menampung sekitar 600 jemaah dan berlantai 2. Lantai pertama digunakan untuk jemaah laki laki, sedangkan lantai dua digunakan khusus untuk jemaah wanita. Menara di kedua sisi masjid meniru klenteng-klenteng di Cina, dicat warna merah dan hijau giok.

Sejarah Masjid Cheng Ho Palembang

Pembangunan masjid ini diawali dengan peletakkan batu pertama bulan September 2005. Modal awal pembangunan sekitar Rp 150 juta diperoleh dari hasil urunan anggota PITI Sumatera Selatan. Sedangkan tanah tempat masjid berdiri merupakan hibah dari pemerintah daerah dan mulai digunakan sejak hari Jum’at 22 Agustus 2008 dengan digelarnya sholat jum’at berjamaah dan di hadiri tak kurang dari 1500 jemaah dari berbagai etnis dan daerah di Palembang. Acara tersebut juga dihadiri oleh walikota Palembang yang turut sholat jum’at berjamaah. Sedikit acara selamatan di selenggarakan oleh pengurus PITI Sumatera Selatan sebelum sholat jum’at dilaksanakan.

Keterkaitan Laksamana Cheng Ho dengan Palembang

Sejarah kota Palembang memang tak terpisahkan dengan Laksamana Cheng Ho. Sejak melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Ho sempat 4 kali datang ke Palembang. Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao ( 三保), berasal dari provinsi Yunnan.

Suasana Masjid Cheng Ho Palembang Ketika pertama kali
dipakai untuk Sholat Jum'at Bejamaah 22 Agustus 2008 yang lalu.
Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap lalu diwajibkan untuk menjalani pendidikan militer sampai kemudian menjadi Laksamana. Cheng Ho berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.

Penyebaran Islam di Indonesia, selain dilakukan para pedagang dari Arab dan sekitarnya, ternyata para pedagang asal Tionghoa ikut berperan menyebarkan Islam di daerah pesisir Palembang. Di sini pula peran Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan Islam di Palembang. Armada Cheng Ho sebanyak 62 buah kapal dan tentara yang berjumlah 27.800 yang dipimpinnya itu pernah empat kali berlabuh di pelabuhan tua di Palembang.

Pada tahun 1407 Kota Palembang yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya pernah meminta bantuan armada Tiongkok yang ada di Asia Tenggara untuk menumpas perampok-perampok Tionghoa Hokkian yang mengganggu ketenteraman. Kepala perampok tersebut yang bernama Chen Tsu Ji berhasil diringkus dan dibawa ke Peking. Semenjak itu, Laksamana Cheng Ho membentuk masyarakat Islam Tionghoa di Kota Palembang yang memang sudah ada sejak zaman Sriwijaya.

Gerombolan perompak yang dipimpin Chen Tsu Ji, sebenarnya bekas seorang perwira angkatan laut China asal Kanton. Dia melarikan diri ketika Dinasti Ming berkuasa. Pelariannya berlabuh di Palembang. Kedatangannya ke Palembang telah membuat resah para pedagang yang singgah. Sebab, Chen Tsu Ji membawa ribuan pengikutnya dan membangun basis kekuasaan di Palembang, atau po-lin-fong dalam bahasa China, yang berarti ”pelabuhan tua.” Selama berkuasa di Palembang, Chen Tsu Ji menguasai daerah sekitar muara Sungai Musi, perairan Sungsang, dan Selat Bangka. 

Jemaah Masjid Cheng Ho Palembang, Ukiran pada mimbar khatib
tersebut  sangat  khas  ukiran  Palembang,  yang  senantiasa
di dominasi oleh ukiran flora dibalur dengan warna emas

Anak buah Chen Tsu Ji merompak semua kapal yang melintasi perairan itu. Kebetulan atau tidak, daerah-daerah itu sampai kini jadi kantung-kantung bandit Palembang. Selama perjalanan Cheng Ho antara 1405–1433 M, dia pernah empat kali ke Palembang. Tahun 1407 masehi, armada Cheng Ho mampir ke Palembang dalam rangka menumpas perompak yang dipimpin Chen Tsui Ji tersebut. Kemudian, pada tahun 1413–1415M, 1421–1422M, dan tahun 1431–1433 M, armada Cheng Ho berlabuh ke Palembang. Setelah memberantas para perampok, Laksamana Cheng Ho berlabuh hingga tiga kali ke Palembang. Namun, tidak ada yang tahu maksud dan tujuannya.

Hingga kini etnis thionghoa menjadi salah satu etnis yang mendiami wilayah Sumsel, dan menurut catatan saat ini Tionghoa muslim di Sumsel berjumlah sekitar 4.000 orang. Sekitar 2.000 orang lebih muslim Tionghoa telah lama menetap di Palembang.

Referensi

Masjid Cheng Ho Palembang
Masjid Cheng Ho: Paduan Budaya China - Palembang yang Diabadikan
Semarak Ramadhan di Masjid Cheng Ho Palembang
Mesjid Cheng Ho Terus Berbenah Sambut Ramadan
Sultan, Saya Punya Dongeng 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar